Senin 29 Mar 2021 16:13 WIB

Hujan Lebat Dijadikan Penyebab Banjir di Tasikmalaya

Anak Sungai Citanduy itu tak bisa menampung aliran air yang datang.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Hujan Lebat Dijadikan Penyebab Banjir di Tasikmalaya (ilustrasi).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Hujan Lebat Dijadikan Penyebab Banjir di Tasikmalaya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- Akhir pekan kemarin, sebanyak 15 titik di Kota Tasikmalaya dkterjang banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya menilai, banjir yang terjadi di Kecamatan Indihiang dan Cipedes pada Sabtu (27/3) itu disebabkan hujan dengan intensitas tinggi dan tak tertampungnya air di Sungai Citanduy.

Kepala Seksi Penanganan Bencana BPBD Kota Tasikmalaya, Erik Yowanda mengatakan, daerahnya semestinya bebas dari bencana banjir. Sebab, terdapat tiga sungai yang melewati Kota Tasikmalaya. "Harusnya air mengalir dengan baik," kata dia ketika dihubungi Republika, Senin (29/3).

Namun, pada Sabtu malam kemarin, intensitas hujan tak seperti biasa. Ditambah, aliran di Sungai Citanduy penuh. Akibatnya, air dari Sungai Citanduy mengalir deras ke anak sungai yang melintas di Kota Tasikmalaya.

Sementara, anak Sungai Citanduy itu tak bisa menampung aliran air yang datang. "Jadi dua kecamatan terdampak luapan sungai," kata dia.

Setidaknya, terdapat puluhan rumah yang terdampak banjir itu. Satu rumah bahkan mengalami kerusakan karena temboknya roboh diterjang air. "Itu karena rumahnya di ponggir aliran sungai. Motor dan kulkas juga terbawa ke sawah," kata Erik.

Ia menyebutkan, warga terdampak banjir hanya mengungsi saat kejadian. Pada Ahad (28/3), warga terdampak telah kembali ke rumahnya masing-masing. Termasuk juga warga yang tembok rumahnya roboh.

BPBD Kota Tasikmalaya mengaku sudah memberikan bantuan kepada warga terdampak banjir tersebut. "Sudah tidak ada yang mengungsi. Namun, total kerugian belum bisa diperkirakan. Sekarang masih pendataan," ujar dia.

Erik mengatakan, banjir di Kota Tasikmalaya itu bukan yang kali pertama terjadi. Menurut dia, satu atau dua tahun silam, banjir serupa juga terjadi. Penyebabnya sama, hujan dengan intensitas tinggi ditambah air di Sungai Citanduy penuh.

Ia menambahkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali. "Karena mereka (BBWS Citanduy) punya early warning system juga. Kemarin juga katanya alat itu berbunyi, tapi karena terlambat informasinya, jadi pencegahan terlambat," kata dia. 

Berdasarkan data BPBD Kota Tasikmalaya, sejak awal 2021 hingga saat ini telah terjadi lebih dari 50 bencana alam. Seluruh kejadian bencana itu didominasi oleh cuaca ekstrem, dengan rincian banjir dua kejadian, longor 10 kejadian, gerakan tanah satu kejadian, pohon tumbang 15 kejadian, rumah roboh 23 kejadian, dan puting beliung tiga kejadian.

Ia juga mengimbau warga untuk tetap waspada menghadapi bencana hidrometeorologi. Sebab, diperkirakan hujan dengan intensitas tinggi masih akan terjadi di Kota Tasikmalaya. 

"Ada informasi dari BMKG, musim kemarau akan mundur sampai Juni atau Juli. Kita imbau masyarakat agar tetap waspada," kata dia.

Sebelumnya, BMKG memprediksi musim kemarau 2021 akan mulai terjadi pada April 2021 di 22,8 persen Zona Musim (ZOM) yaitu beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa. "BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu Monsun Australia akan mulai aktif. Karena itu, Musim Kemarau 2021 diprediksi akan mulai terjadi pada April 2021," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melalui keterangan resmi, pekan lalu.

Dia mengatakan, April sampai Mei 2021 merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (masa pancaroba). Meski begitu, sejumlah daerah mulai memasuki musim kemarau namun tidak serentak. 

Hasil pemantauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih akan terus berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas yang terus melemah. Sedangkan pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD) diprediksi netral hingga September 2021. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement