REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyatakan badan itu sedang mengadakan negosiasi serius dengan China untuk mendapatkan akses tanpa batas ke wilayah Xinjiang. Langkah itu dilakukan sebagai upaya untuk memverifikasi laporan bahwa Muslim Uighur sedang mengalami penganiayaan.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, mengatakan bulan lalu, bahwa laporan penahanan sewenang-wenang, penganiayaan, kekerasan seksual, dan kerja paksa di Xinjiang memerlukan penilaian yang menyeluruh dan independen. Pembicaraan tentang pengorganisasian kunjungan telah dimulai tetapi belum ada kesepakatan yang dicapai.
Menanggapi kondisi tersebut, menurut Guterres, kunjungan Bachelet sedang dinegosiasikan saat ini antara kantor Komisaris Tinggi dan pihak berwenang China. "Dan saya berharap mereka akan segera mencapai kesepakatan dan bahwa komisaris hak asasi manusia akan dapat mengunjungi Cina tanpa batasan atau batasan," kata nya dalam wawancara yang ditunjukkan oleh acara Rosemary Barton Live Canadian Broadcasting Corp.
China mengatakan menyambut baik kunjungan Bachelet ke Xinjiang, tetapi kunjungan itu tidak boleh digunakan sebagai bentuk manipulasi politik untuk menekan China. "Tujuan dari kunjungan ini seharusnya untuk mempromosikan interaksi dan kerja sama, dan bukan untuk melakukan apa yang disebut penyelidikan atas dugaan bersalah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian dalam jumpa pers di Beijing, Senin (29/3).