REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam sejarah Islam, sangat banyak sosok seorang ibu yang mampu menjadikan anaknya sebagai orang-orang hebat. Para ibu ini memiliki peran yang sangat besar dalam mendidik dan membentuk kepribadian anaknya.
Dikutip dari Maswary, terdapat para ibu hebat dalam sejarah Islam, yang mendidik anaknya menjadi pria sejati yang mengukir sejarah. Salah satu sosok ibu yang hebat itu adalah ibu Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam Ahmad bin Hanbal adalah imam keempat dari empat imam mazhab dalam ilmu fiqih. Ia adalah pendiri Mazhab Hanbali. Ia terkenal dengan ilmunya yang melimpah dan hafalannya yang kuat. Karyanya yang berjudul Al-Musnad adalah salah satu kitab hadits yang paling terkenal.
Imam Ahmad bin Hanbal adalah salah satu imam besar dan seorang ahli hadits. Abu Zar'ah Ar Razi pernah berkata tentang sosok Ahmad bin Hanbal, “Ahmad biasa menghafal ribuan hadits, dan dia memiliki pengetahuan penuh tentang ilmu Ilmu al-jarh wa at-ta’dil, ilmu hadits, ilmu teologi, dan bahasa Arab."
Imam Syafi’i juga berkata, “Ahmad adalah seorang imam dalam delapan hal yaitu Imam dalam ilmu hadits, Imam dalam fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Alquran, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara, dan Imam dalam sunnah”.
Selain itu, Imam Syafi'i juga memuji Imam Ahmad dengan mengatakan, "Saya meninggalkan Baghdad dan tidak meninggalkan seorang pun yang lebih indah dari Ahmad bin Hanbal."
Di balik ulama besar dan imam agung ini ada sosok seorang ibu yang hebat. Dia memiliki peran besar dalam mendidik Imam Ahmad sebagai imam dalam delapan hal.
Dikutip dari Siyar A’lam An Nubala’ karya Imam Adz Dzahabi, Imam Ahmad berkata, “Ibuku pernah menindik kedua telingaku, lalu seakan muncul dua mutiara. Saat aku dewasa, akaku mencabut dan mengembalikannya ke ibuku. Lalu dia kembali menyerahkannya kepadaku dan aku menjualnya seharga 30 dirham.”
Ibunda Imam Ahmad bernama Shafiyah binti Maimunah binti Abdul Malik As Syaibani dari Bani Amir. Kakek ibunda Imam Ahmad adalah pemuka Bani Amir.
Shafiyah mendidik Imam Ahmad seorang diri. Karena, sejak masih bayi, Imam Hanbali sudah menjadi anak yatim. Ibunya membesarkan langsung Imam Ahmad dan tidak diditipkan kepada orang lain. setelah ayahnya meninggal, ketika dia berusia tiga tahun.
Sebagaimana dikutip dari kitab Al-Madkhal Al-Mufasshal li Madzhab Al-Imam Ahmad karya Bakar bin Abdullah Abu Zaid, dijelaskan sang ibunda merawatnya dan mengirimnya untuk belajar kepada para ulama di Baghad. Meskipun Shafiyah sangat mencintai putranya, tapi ia rela berpisah agar Imam Ahmad mendapat pengetahuan dan kemajuan.
Shafiyah juga selalu mendukung putranya dan selalu mengawasinya sejak usia muda dan memberikan motivasi kepada anak tercintanya itu. Imam Ahmad bin Hanbal berkata tentang bimbingan ibunya, “Mungkin aku menginginkan untuk belajar hadits lebih pagi, jadi ibuku akan mengambil bajuku dan berkata, ‘Sampai muazin sholat Subuh memanggil.”
Imam Ahmad bin Hanbal kecil acap kali ingin berangkat belajar hadits lebih pagi agar dia bisa mendengar lebih jelas penjelasan para guru, namun ibunya menyarankan demi keamanan agar anaknya tersebut berangkat saat adzan Subuh berkumandang. Ini tak lain pada saat itu banyak orang yang keluar untuk berjamaah sholat. Ibu yang hebat ini benar-benar menjadi pendukung dan penolong bagi putranya, sehingga Imam Ahmad bin Hambal menjadi orang besar.
Sumber: masrawy