REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Salah satu nikmat utama yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah diturunkannya Alquran. Kitab suci Alquran menjadi tanda cinta dan kasih sayang Allah kepada umat manusia agar selamat dan bahagia dalam menjalani hidup serta berhasil mengemban misi sebagai khakifah di muka bumi.
Pada surat Az-Zumar ayat 41 dijelaskan bahwa Allah menurunkan Alquran untuk manusia, bil haqq atau dengan membawa kebenaran.
إِنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Alquran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.”
Pada sejumlah ayat lain disebutkan fungsi utama lainnya dari Alquran adalah Al Huda yakni menjadi petunjuk. Menurut cendekiawan Muslim Prof KH Didin Hafidhuddin, secara umum Alquran memang menjadi petunjuk bagi setiap manusia atau huda lin naas.
Akan tetapi tidak semua manusia mengambil Alquran sebagai petunjuk. Ada manusia yang justru menolak atau mengingkari kebenaran Alquran sebagai firman Allah.
Sementara menurut Prof Didin, orang yang mengambil Alquran sebagai petunjuk dan mendapatkannya itulah kelompok yang khusus yang ingin selamat dalam kehidupannya yakni orang-orang yang bertakwa.
Pada ayat 41 surat Az Zumar ayat 41 di atas dijelaskan tentang orang yang mendapat petunjuk dan yang sesat.
Prof Didin menjelaskan barang siapa yang menjadikan Alquran sebagai petunjuk maka kemanfaatan dan keberuntungannya untuk dirinya sendiri. Sedang bagi yang tidak mau menerima kebenaran Alquran maka orang tersebut sesat bagi dirinya sendiri.
Dalam kitab Al Itqan Fi Ulumil Quran dijelaskan...