Selasa 30 Mar 2021 00:02 WIB

Lebanon Disebut Bisa Tenggelam Seperti Kapal Titanic

Lebanon sedang mengalami krisis ekonomi yang sangat mendalam.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID,  BEIRUT -- Ketua parlemen berpengaruh Lebanon, Nabih Berri mengingatkan negaranya akan tenggelam seperti Titanic jika tidak membuat perubahan lebih baik. Hal ini dikatakannya di tengah upaya membuka dana darurat untuk energi listrik nasional.

 "Seluruh negara dalam bahaya, seperti kapal  Titanic. Sudah waktunya kita semua bangun karena pada akhirnya, jika kapalnya tenggelam, tidak akan ada yang tersisa," katanya dilansir dari Aljazirah, Senin (29/3).

Baca Juga

Lebanon sedang dilanda krisis keuangan yang menjadi ancaman terbesar bagi stabilitasnya sejak perang saudara 1975-1990.  Tanpa pemerintahan baru, ia tidak dapat melaksanakan reformasi yang diperlukan untuk membuka bantuan luar negeri yang sangat dibutuhkan. Tetapi reformasi terhambat lantaran Perdana Menteri yang ditunjuk Saad al-Hariri dan Presiden Michel Aoun telah berselisih selama berbulan-bulan mengenai susunan kabinet baru.

Pada Senin, Parlemen menyetujui pinjaman sekitar Rp 2 triliun untuk membayar bahan bakar perusahaan listrik Lebanon. Hal ini karena adanya peringatan dari Kementerian Energi bahwa uang tunai telah habis untuk pembangkit listrik dalam beberapa bulan.  "Ini seharusnya cukup untuk listrik selama sekitar dua bulan atau dua setengah bulan," kata Cesar Abi Khalil, seorang anggota parlemen dan mantan Menteri Energi.

Pembangkit listrik Zahrani, salah satu dari empat penghasil listrik utama Lebanon, telah ditutup karena kekurangan bahan bakar, yang berdampak pada kurangnya kapasitas pembangkit listrik di negara itu. Hal ini memaksa rumah dan bisnis untuk menggunakan generator pribadi untuk mengatasi pemadaman listrik harian.

 “Setiap pemadaman di salah satu pembangkit listrik besar ini mempengaruhi kebutuhan listrik masyarakat. Artinya, orang Lebanon menebusnya dengan generator berbahan bakar diesel yang 30 persen lebih mahal daripada bahan bakar yang dibeli oleh perusahaan listrik, "kata Abi Khalil.

Krisis semakin dalam

Krisis keuangan Lebanon, yang meletus pada 2019, telah mendorong hampir setengah dari enam juta penduduk ke dalam kemiskinan. Keadaan ini juga menyebabkan banyaknya pengangguran hingga memangkas daya beli konsumen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement