Pelindo Marines Fasilitasi Donor Plasma Konvalesen
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) menyimpan plasma darah konvalesen di dalam kotak pendingin saat pelaksanaan donor plasma. | Foto: ANTARA/Kornelis Kaha
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pelindo Marines bekerja sama dengan beberapa instansi dan masyarakat menggelar aksi sosial Marines Peduli berupa donor darah dan screening donor plasma konvalesen di atas Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Selasa (30/3). Kegiatan digelar lantaran stok kantong darah di PMI Surabaya semakin menurun.
Di mana sejak merebaknya wabah Covid-19, jumlah pendonor darah cenderung menurun. Padahal jumlah kebutuhan tetap tinggi, yakni mencapai 300 kantong per hari. Donor plasma konvalesen juga masih banyak dibutuhkan untuk pengembangan uji klinis terapi pasien terkonfirmasi Covid-19.
Direktur Utama Pelindo Marines, Umar menyebutkan, salah satu hal yang luar biasa dari pelaksanaan aksi sosial tersebut adalah solidaritas para relawan pendonor darah dan plasma konvalesen. Selain itu, ia juga mengapresiasi solidaritas berbagai organisasi yang berkolaborasi mendukung agenda yang digelar.
"Semua bekerja sama mulai dari institusi militer, entitas bisnis, hingga organisasi dan komunitas sosial. Kolaborasi ini mencerminkan core value BUMN, AKHLAK. Kolaborasi dengan berbagai pihak untuk melaksanakan amanah, sebagai perpanjangan tangan Pemerintah dalam membantu masyarakat luas,” kata Umar.
Umar mengaku, Pelindo Marines dan grup usaha Pelindo III lainnya telah membentuk Satgas Pengendalian Covid-19 di masing-masing kantor. Satgas yang dibentuk bertugas mengendalikan situasi penularan dan penyebaran virus korona. Sehingga, apabila ada kasus terkonfirmasi positif Covid-19, segera dilakukan tracing, testing, dan treatment (3T).
Setiap ada pegawai dan keluarga satu tempat tinggalnya yang positif, juga segera dibantu perawatannya. Kemudian, untuk yang bergejala diberikan perawatan intensif di RS PHC Surabaya atau RS rujukan Kemenkes lainnya. Sedangkan untuk yang tidak bergejala difasilitasi perawatan isolasi mandiri yang layak agar sehat dan bisa bekerja bersama kembali.
"Pekerja penyintas yang kembali bekerja selalu diterima dengan baik oleh seluruh pegawai lainnya tanpa ada pembedaan. Karena solidaritas dan kolaborasi juga merupakan kunci untuk terwujudnya imunitas bersama," ujar Umar.
Direktur Kapal Rumah Sakit Terapung Airlangga, dr Agus Harianto mengatakan, melalui kegiatan yang digelar, ia mengajak bersama-sama menggemakan pesan kepada masyarakat luas untuk tidak mengucilkan para penyintas Covid-19. Langkah solidaritas mereka untuk mendonorkan plasma konvalesen sudah sepatutnya diapresiasi dengan tangan terbuka, agar kembali beraktivitas bersama dalam keseharian.
"Tanpa perlu kekhawatiran yang berlebihan, yang terpenting kita semua disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan menjalankan 5M,” kata dokter yang baru kembali dari misi sosial membantu korban gempa Majene di Sulawesi beberapa waktu lalu.
Radian Jadid, salah seorang penyintas Covid-19 mengaku, para penyintas Covid-19 mengalami kondisi yang tidak mudah. Selain harus menjalani rangkaian tindakan medis untuk penyembuhan, juga ada tekanan psikis akibatnya masih adanya masyarakat yang memberi stigma buruk atau memperlakukan penyintas dengan berbeda.
Ia mengharapkan masyarakat dapat menerima kembali dan menghentikan stigma yang tidak tepat. Karena mereka sudah dinyatakan sembuh secara medis dan oleh instansi yang berwenang. Justru, kata dia, peran aktif penyintas penting untuk membantu pemerintah menyosialisasikan informasi yang tepat tentang bagaimana menyembuhkan dan mencegah Covid-19. "Kami yang sudah mengalami sendiri akan lebih mudah menjelaskan dan lebih dipercaya,” kata dia.
Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) V, Laksamana Pertama (Laksma) TNI Mohamad Zaenal menambahkan, upaya bersama untuk menghapus stigma pada penyintas dan langkah dalam memerangi Covid-19 harus terus dilakukan. Ia berkeyakinan, dengan kemudahan informasi publik yang mengedukasi masyarakat secara berkelanjutan, persepsi terhadap penyintas Covid-19 akan semakin objektif.