REPUBLIKA.CO.ID, Berdekatan dengan penguasa tak selalu salah. Masalah terjadi saat mulai mendekati penguasa tetapi melupakan fakir miskin.
Orang yang belum mujur dalam menggapai karir meski sudah bekerja keras, ada baiknya tidak mengambil jalan pintas dan menghalalkan segala macam cara. Tirulah apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Imam As-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul menjelaskan, Ibnu Abbas menceritakan tentang seorang laki-laki yang mengajak Nabi untuk menjadi 'penjilat' dengan cara menjauhi orang-orang fakir. Laki-laki itu adalah Umayyah bin Khalaf Al-Jumahi.
Peristiwa itu terjadi ketika Umayyah mengajak Nabi Muhammad SAW untuk menjauhi orang-orang fakir dan mendekati para pembesar Kota Makkah. Beriringan dengan peristiwa ini, Allah menurunkan firman-Nya sebagaimana diabadikan dalam Alquran Surah Al-Kahfi ayat 28: “Washbir nafsaka ma’alladzina yad’uuna Rabbahum bil-ghadawaati wal-asyiyyi yuriduuna wajhahu, wa laa ta’du ainaaka anhum turidu zinatal-hayaati ad-dunyaa, wa laa tuthi’ man aghfalna qalbahu, an dzikrina wattaba’a hawaahu wa kaana amruhu furuthan.”
Yang artinya: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami. Serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, berdasarkan suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang terhormat dari kalangan kabilah Quraisy saat mereka meminta Nabi Saw agar duduk bersama mereka secara terpisah. Mereka meminta agar tidak dikumpulkan bersama orang-orang yang lemah dari kalangan sahabat-sahabatnya, seperti Bilal, Ammar, Suhaib, Khabbab, dan Ibnu Mas'ud. Maka masing-masing dari kedua kelompok itu dikumpulkan secara terpisah, lalu Allah SWT melarang Nabi Saw melakukan hal tersebut.
Dalam salah satu hadis riwayat Imam Muslim di kitab shahihnya, Sa'ad ibnu Abu Waqas menceritakan, "Kami berenam selalu bersama-sama Nabi Saw. Kemudian orang-orang musyrik mengatakan (kepada Nabi Saw.), 'Usirlah mereka, agar mereka tidak berbuat kurang ajar kepada kami'.
" Sa'ad ibnu Abu Waqas mengatakan bahwa keenam orang itu adalah dia sendiri, Ibnu Mas'ud, seorang lelaki dari kalangan Bani Huzail, Bilal, dan dua orang lelaki lainnya yang ia lupa namanya. Maka setelah mendapat sambutan mereka yang demikian itu, Rasulullah Saw. berpikir sejenak mempertimbangkannya."
Kemudian, Allah pun menurunkan firman-Nya: Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari sedang mereka menghindari keridaan-Nya." (QS Al-An'am:52).