REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengaktifkan kembali penutupan akhir pekan di sebagian besar provinsi. Pemerintah juga akan memberlakukan pembatasan selama bulan suci Ramadhan menyusul peningkatan tajam kasus Covid-19.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, 58 dari 81 provinsi Turki, termasuk Istanbul dan Ankara, sekarang ditetapkan sebagai daerah merah atau berisiko sangat tinggi. Keputusan ini membuat wilayah tersebut akan melakukan karantina termasuk untuk akhir pekan.
Infeksi virus di Turki telah melonjak kurang dari sebulan setelah negara itu membagi 81 provinsinya menjadi empat kategori kode warna dan melonggarkan pembatasan di beberapa provinsi. Jumlah infeksi harian yang dikonfirmasi telah meningkat hampir tiga kali lipat menjadi sekitar 30 ribu dengan sekitar 150 kematian per hari, naik dari sekitar 65 pada awal bulan.
"Jumlah provinsi kita yang masuk kategori merah yang termasuk kategori berisiko sangat tinggi sudah mencapai 58, mewakili 80 persen dari jumlah penduduk," ujar Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi setelah pertemuan Kabinet Senin (29/3) malam.
Erdogan pun menyatakan, jam malam di akhir pekan akan tetap berlanjut di seluruh negeri. "Meningkatnya jumlah kasus dan pasien serta peningkatan jumlah kematian, memaksa kami untuk meninjau kembali langkah-langkah yang ada,” kata Erdogan.
Selain itu, presiden Turki ini pun menekankan untuk mengorbankan kegiatan selama Ramadhan. Restoran dan kafe hanya akan diizinkan menyajikan makanan untuk dibawa pulang selama bulan suci yang dimulai pada 13 April di Turki. Buka puasa bersama selama Ramadhan akan dilarang.
Erdogan mendapat kecaman keras karena mengadakan kongres partai di dalam kompleks olahraga yang padat di seluruh negeri, meskipun ada lonjakan kasus Covid-19 baru. Dia dituduh melakukan standar ganda karena mengabaikan aturan jarak sosial. Terlebih lagi, dalam salah satu acara tersebut, Erdogan sesumbar tentang besarnya kerumunan.