REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Allah menciptakan Nabi Muhammad SAW, Dia telah mendesain beliau jauh sebelum alam semesta ini tercipta. Allah juga pisahkan tanah penciptaan Nabi dari unsur yang paling suci di muka bumi, bahkan tanah penciptaan Nabi Adam pun tak dicampuradukkan.
Dalam kitab Syajarah Al-Kawn Ibnu Arabi yang ditahkik (edit) oleh KH Zainul Maarif, saat Allah memerintahkan pengambilan segenggam tanah untuk menciptakan Nabi Adam AS, maka yang digenggam adalah tanah dari seluruh muka bumi, baik tanah bagus maupun tanah buruk.
Adapun tanah yang menjadi asal-usul Nabi Muhammad SAW berasal dari lokasi Ka’bah yang notabene adalah tempat keimanan kepada Allah. Lantas, tanah penciptaan Nabi Muhammad SAW tidak diaduk dengan tanah Nabi Adam AS.
Tanah Nabi Muhammad SAW berada di posisi ragi (khamirah). Tanpa ragi itu, para makhluk tidak bisa menjawab pertanyaan Allah di Hari Persaksian (yaum al-isyhad). Hal ini sebagaimana perkataan Nabi: “Aku telah menjadi Nabi ketika Adam masih di antara air dan tanah,”.
Sehingga sesungguhnya segala partikel yang ada dan keberkahannya berasal dari partikel keberadaan Nabi Muhammad SAW. Begitulah kemuliaan Nabi Muhammad SAW, penciptaannya sangat mulia dari hal-hal terbaik.