REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap pasangan suami-istri terduga teroris yang diidentifikasi tinggal dan bermukim di Dusun Ngipik, Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, pada Selasa (30/3) sore.
Informasi dari sumber kepolisian maupun keluarganya di Desa Tenggur, pasutri NM (suami/44) dan MB (35) ditangkap tim Densus saat keduanya tengah jalan-jalan keluar rumah bersama salah satu anaknya yang masih balita, dengan mengendarai sepeda motor sekitar pukul 14.00 WIB. Aparat Densus lalu membawa mereka kembali ke rumah tinggal NM dan MB di Dusun Ngipik menggunakan mobil, lalu melakukan penggeledahan dan mendapati dua pucuk senjata api pistol, berikut delapan butir peluru aktif, satu selongsong, sebilah pisau komando serta paspor.
"Tadi yang kami tahu (saksikan) ada pistol dua (pucuk), peluru aktif delapan butir, selongsong peluru satu butir, dan sebuah senjata tajam serta paspor," kata Kepala Dusun Ngipik, Purwanto.
NM dan MB rupanya sudah diintai tim Densus 88 Antiteror sejak lama. Hal ini sebagaimana diinformasikan Purwanto yang menyebut dirinya sempat bertemu dan ditanyai orang asing (pria yang belum dikenal-nya) dan mengaku dari Densus 88, sekitar sebulan lalu. "Waktu itu, dia menanyakan aktivitas dan keseharian NM," ungkapnya.
Sejak itu belum ada aktivitas yang mencurigakan. NM dan MB beraktivitas seperti biasa. Warga juga tidak menaruh curiga, meski NM jarang bergaul dengan tetangga sekitarnya.
Sampai akhirnya terjadi penangkapan pada Selasa (30/3) sore yang langsung membuat warga sekitar gempar. Terlebih, aparat yang menangkap belakangan diketahui dari Densus 88 Antiteror.
Abu Umar, mertua NM mengaku terkejut dengan kejadian penangkapan tersebut. Dia tidak yakin menantunya terlibat aktivitas terorisme. Dia menyebut NM adalah sosok menantu yang pendiam tapi rajin bekerja.
"Dia bertanggung jawab terhadap kebutuhan ekonomi keluarganya, anak dan istri-nya," tutur Abu Umar kepada awak media.
"Tak hanya kaget, kalau lumrahnya saya mati sekalian," cetus Abu dengan mata berkaca-kaca.
Dikatakan, selama ini NM jarang berada di rumah. Sehari-hari NM yang asli Kemloko, Kabupaten Blitar itu bolak-balik Tulungagung-Blitar. Di kampungnya di dukuh Kuwut, Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Blitar, NM memiliki tanah yang harus diurus, serta ibu yang sudah tua dan sakit-sakitan.
"Menantu saya ini punya usaha. Punya satu unit truk yang dioperasikan oleh temannya di Blitar," ujarnya.
NM sempat merantau menjadi TKI ke Korea Selatan. Di Negeri Ginseng NM bekerja selama delapan tahun. Pada 2019, istri-nya melahirkan anak kedua. Abu masih belum yakin NM, menantunya, sudah terpapar paham terorisme.
Belum ada konfirmasi resmi dari kepolisian terkait penangkapan pasutri terduga terorisme ini. NM dan MB informasi-nya sempat dibawa ke Mapolres Tulungagung untuk diinterogasi. Anak pasutri terduga teroris ini yang masih turut dibawa karena kondisi masih balita.