Rabu 31 Mar 2021 10:31 WIB

14 Negara tak Puas dengan Laporan WHO

Laporan itu dinilai terlambat dan akses untuk mendapat data menyeluruh terbatas.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Peter Daszak, anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal mula penyakit COVID-19, meninggalkan Hotel Hilton, di Wuhan, Cina, 10 Februari 2021. Tim pakar internasional dari Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) menyelidiki asal-usul Covid-19 selama beberapa minggu sebelumnya, dan akan meninggalkan China hari ini.
Foto: EPA-EFE/ALEX PLAVEVSKI
Peter Daszak, anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal mula penyakit COVID-19, meninggalkan Hotel Hilton, di Wuhan, Cina, 10 Februari 2021. Tim pakar internasional dari Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) menyelidiki asal-usul Covid-19 selama beberapa minggu sebelumnya, dan akan meninggalkan China hari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kelompok yang terdiri dari 14 negara mengungkapkan kekhawatiran mereka atas laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai asal usul virus Corona. Kelompok tersebut melihat laporan itu terlambat dan akses untuk mendapat data menyeluruh terbatas.

Empat belas negara itu di antaranya  AS, Australia, Kanada, Republik Cezka, Denmark, Estonia dan Israel. Kemudian ada Jepang, Latvia, Lithuania, Norwegia, Korea Selatan, Slovenia, dan Inggris yang ikut menandatangani pernyataan tersebut.

Baca Juga

Mereka tetap 'sepenuhnya' mendukung upaya WHO untuk mengakhiri pandemi, termasuk memahami bagaimana pandemi Covid-19 'dimulai dan menyebar'.

"Tapi 'penting bagi kami untuk menyuarakan kekhawatiran penelitian para pakar internasional atas sumber virus SARS-CoV-2 tertunda terlalu lama dan akses ke data, sampel dan penelitian menyeluruh sedikit'," demikian pernyataan dari 14 negara tersebut.

Sementara kepala WHO mendorong penyelidikan lebih lanjut mengenai teori virus korona bocor dari sebuah laboratorium. Hasil penelitian dirilis Selasa (30/3) berdasarkan penyelidikan pakar WHO yang mengunjungi Wuhan, lokasi pertama virus Corona terdeteksi.

Empat pekan sejak kunjungan itu tim WHO yang berisi 17 pakar dari seluruh dunia menyimpulkan 'sangat tidak mungkin' Covid-19 berasal dari kebocoran laboratorium. Kecurigaan yang diajukan Amerika Serikat (AS) tahun lalu. China membantah keras tuduhan tersebut.

Pada Rabu (31/3) Aljazirah melaporkan para ilmuwan WHO mengatakan 'sangat mungkin' virus itu muncul di manusia melalui perantara. Para ilmuwan mengatakan 'kemungkinan besar' virus itu ditularkan dari hewan ke manusia.  

Dalam pernyataan yang terpisah Sekretaris Jenderal WHO  Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menuntut penelitian lebih lanjut demi 'kesimpulan yang lebih kuat'. "Saya tidak yakin asesmen ini cukup ekstensif," katanya.

"Walaupun tim sudah menyimpulkan kebocoran laboratorium hipotesis yang paling tidak mungkin, hal ini membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, berpotensi untuk menambah misi yang melibatkan pakar spesialis, yang sudah siap saya kerahkan," tambahnya.

Kementerian China menyerang balik kritik atas hasil penyelidikan tersebut. Beijing mengatakan mereka telah menunjukkan 'keterbukaan, transparansi dan sikap bertanggung jawab'. "Mempolitisasi isu ini hanya akan merusak kerjasama global mengenai asal usul virus, membahayakan kerjasama anti-pandemi dan mengorbankan lebih banyak nyawa," kata Kementerian Cina dalam pernyataannya.

Uni Eropa menyebut laporkan itu 'langkah pertama yang membantu' dan menyoroti 'kerja sama lebih lanjut'. Blok tersebut mendesak 'pihak berwenang yang relevan' untuk membantu, tapi mereka tidak menyinggung China.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement