Rabu 31 Mar 2021 11:49 WIB

Jerman Batasi Penggunaan Vaksin AstraZeneca, Lawan Inggris?

Nasionalisme vaksin di Eropa semakin kuat, perang Inggris vc UE makin tajam

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Jerman Batasi Penggunaan Vaksin AstraZeneca atas Alasan Keamanan
Jerman Batasi Penggunaan Vaksin AstraZeneca atas Alasan Keamanan

Menteri Kesehatan (Menkes) Jerman Jens Spahn dan 16 menteri kesehatan negara bagian pada Selasa (30/03) memutuskan untuk menangguhkan penggunaan rutin vaksin COVID-19 AstraZeneca untuk orang di bawah usia 60 tahun.

Orang yang berusia di bawah 60 tahun masih dapat menerima vaksin, namun hanya "atas izin dokter, dan setelah dilakukan analisis risiko individu dan penjelasan menyeluruh," menurut dokumen yang dilihat oleh kantor berita DPA dalam pertemuan darurat para Menkes.

Mengapa keputusan dibuat?

Keputusan ini diambil di tengah kekhawatiran yang mencuat tentang risiko pembekuan darah pada beberapa orang muda setelah menerima vaksin AstraZeneca.

"Pesan positifnya adalah vaksin AstraZeneca harus terus diberikan untuk orang yang telah mencapai usia 60 tahun," kata ketua konferensi menteri kesehatan, Menkes Bayern Klaus Holetschek.

"Penelitian terus menunjukkan bahwa ini adalah vaksin yang efektif melawan serangan penyakit yang parah. Kami membutuhkannya agar efektif dalam menghadapi gelombang ketiga dan mutasi virus yang berbahaya, kami membutuhkannya untuk bergerak maju dengan cepat," kata Holetschek.

Komisi vaksin permanen Jerman (STIKO) juga menerbitkan pedoman baru pada Selasa (30/03) yang merekomendasikan agar vaksin AstraZeneca digunakan hanya untuk mereka yang berusia di atas 60 tahun.

Baca juga : Berlin Tunda Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Bertindak atas saran STIKO, pihak berwenang di Berlin dan München sebelumnya menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca pada orang yang berusia di bawah 60 tahun.

Bagaimana tanggapan para pemimpin Jerman?

Kanselir Jerman Angela Merkel mendukung aturan baru ini. "Kepercayaan datang dari kajian bahwa setiap kecurigaan, setiap kasus akan diperiksa," katanya setelah berkonsultasi dengan para Perdana Menteri Jerman.

Dia menambahkan bahwa dia juga akan bersedia menerima vaksin AstraZeneca saat gilirannya tiba. Kanselir berusia 66 tahun.

Perdana Menteri negara bagian Bayern, Markus Söder, berbicara blak-blakan di tengah kebingungan dan kekhawatiran seputar vaksin AstraZeneca.

"Dengan AstraZeneca, secara khusus mungkin kami harus memberikan kebebasan: siapa pun yang ingin dan siapa pun yang berani, boleh dikatakan, harus memiliki kesempatan (untuk menerima vaksinasi)," kata Söder.

Apa keputusan kota Berlin?

Senator Kesehatan Berlin Dilek Kalayci pada Selasa (30/03) juga mengumumkan rencana untuk menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk orang di bawah 60 tahun.

Rumah sakit Berlin telah menghentikan vaksinasi AstraZeneca pada perempuan di bawah usia 55 tahun.

Dalam beberapa kasus, ada risiko penggumpalan darah yang tidak biasa di kepala usai menerima vaksin AstraZeneca. Dari sedikit kasus yang tercatat itu, perempuan muda yang paling berisiko.

Baca juga : Kemenkes: Vaksinasi dengan AstraZeneca Masih Berjalan

Beberapa negara Eropa sempat menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca awal bulan ini, namun akhirnya vaksinasi AstraZeneca telah dilanjutkan setelah regulator Uni Eropa (UE) mengatakan vaksin itu aman untuk digunakan.

Apa kata epidemiolog?

Dalam wawancara dengan DW, Tobias Kurth, ahli epidemiologi di Rumah Sakit Charite berbicara soal keputusan menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca.

Keputusan menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca dimaksudkan sebagai "tindakan pencegahan agar orang-orang tidak mendapat risiko," kata Kurth.

Baca juga : Menkes: Belum Ada Uji Klinis untuk Vaksinasi Anak

Ketika ditanya apakah berita tentang penangguhan vaksin ini berarti situasinya mengkhawatirkan, Kurth mengatakan bahwa efek sampingnya "sangat, sangat jarang, tetapi ada ... lebih daripada yang biasanya kita amati."

Namun, Kurth menambahkan, "manfaatnya masih lebih besar daripada risikonya."

Meski demikian, Kurth mengakui bahwa "kepercayaan publik tentu sangat terpengaruh."

Ke depan, lanjutnya, "sangat penting bagi kita untuk menemukan solusi untuk ini, bahwa kita memiliki cukup vaksin yang tersedia, dan terus memvaksinasi orang."

pkp/gtp (dpa, Reuters, AP)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement