REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan segera menganalisa cockpit voice recorder (CVR) dari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari lalu. Perekam suara tersebut baru saja ditemukan pada Selasa (30/3) malam.
"CVR ini akan dibawa ke lab untuk dianalisa," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat konferensi pers, Rabu (31/3).
Soerjanto mengatakan proses pembacaan rekaman kokpit setidaknya membutuhkan waktu tiga hari sampai satu minggu. Setelah itu, hasil rekaman akan dibuat dalam bentuk transkrip dan kemudian dicocokkan dengan Flight data Recorder (FDR) yang telah ditemukan lebih dulu.
Dari hasil analisa ini, Soerjanto menjelaskan, situasi kokpit saat kejadian akan lebih muda untuk dipahami. Keberadaan CVR sangat dibutuhkan untuk menentukan penyebab jatuhnya pesawat bertipe Boeing 737-500 ini.
Soerjanto menjelaskan, CVR ini ditemukan dengan metode dreging atau pengerukan lumpur. Dengan menggunakan kapal TSHD King Arthur 8, CVR ditemukan di area berlumpur dengan kedalaman 1 meter.
Soerjanto menegaskan, penemuan VCR ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam melakukan investasi jatuhnya pesawat Siriwijaya Air SJ-182. KNKT berkomitmen akan membagikan informasi yang ditemukan dalam proses analisa secara transaparan.
"Sesuai mandat dari presiden dan masyarakat, kami akan membuka penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 setransaparan mungkin sehingga bjsa menjadi pembelajaram bagi kita semua," tutup Soerjanto.