Rabu 31 Mar 2021 14:09 WIB

Sejarah Hari Ini: Dalai Lama Melarikan Diri ke India

Dalai Lama berhasil keluar dari kepungan tentara China.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Tibet
Tibet

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pada 31 Maret 1959, Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama melarikan diri ke India. Dia telah melintasi perbatasan setelah perjalanan 15 hari dengan berjalan kaki dari ibu kota Tibet, Lhasa, melintasi pegunungan Himalaya.

Dia pergi dengan rombongan 20 orang, termasuk enam menteri Kabinet. Awalnya tidak ada berita tentang keselamatan atau keberadaannya sejak dia meninggalkan Lhasa pada 17 Maret.

Banyak yang mengira dia telah terbunuh dalam tindakan keras China menyusul pemberontakan Tibet awal Maret tahun itu. Seperti dilansir laman BBC History, Dalai Lama melarikan diri dengan harus menyeberangi sungai Brahmaputra selebar 500 yard, dan menanggung iklim yang keras dan ketinggian ekstrem Himalaya. Dia melakukan perjalanan pada malam hari untuk menghindari para penjaga China.

Dalai Lama akhirnya melintasi perbatasan India di Khenzimana Pass. Pada 31 Maret dia beristirahat di Biara Towang, 50 mil di dalam perbatasan India.

Tidak diketahui apakah Pemerintah India akan menawarkan suaka kepadanya. Pemerintah Perdana Menteri India Kala itu Jawaharlal Nehru telah banyak dikritik secara internasional karena gagal mengutuk tindakan keras China.

Penindasan China terhadap pemberontakan di Lhasa memang telah selesai. Jam malam senja hingga fajar telah diberlakukan, dan komisi militer kala itu telah memerintah kota.

Diperkirakan 2.000 orang tewas selama tiga hari pertempuran antara orang Tibet dan tentara China. Dalam satu insiden terburuk, empat hari sebelumnya, tentara Cina menembakkan sekitar 800 peluru artileri ke Istana Musim Panas Dalai Lama, menghancurkan bangunan kuno itu hingga rata dengan tanah.

Daerah itu berisi lebih dari 300 rumah, dan ribuan warga sipil tewas dan terluka dalam kebakaran itu. Tragedi itu menandai akhir dari pemberontakan di Lhasa.

Semua orang yang dalam pertempuran selamat dari pemberontakan dideportasi, dan mereka yang melarikan diri dari tempat kejadian melaporkan bahwa pasukan China membakar mayat di kota selama 12 jam. Sehari kemudian, China mengumumkan dalam sebuah perintah yang ditandatangani oleh pemimpin Chou En-lai bahwa pemberontakan skala besar telah dihancurkan di Lhasa, meskipun dikatakan pemberontakan masih berlanjut di luar ibu kota.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement