REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Pemerintah Jerman sepakat membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca. Vaksin tersebut hanya akan digunakan untuk warga berusia 60 tahun atau lebih.
Kasus pembekuan darah yang ditemukan pada beberapa orang penerima vaksin AstraZeneca menjadi faktor pertimbangan utama keputusan tersebut. “Singkatnya, ini tentang menimbang risiko efek samping yang secara statistik kecil, tapi perlu ditanggapi dengan serius,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada awak media di Berlin pada Selasa (30/3).
Keputusan membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca berarti mengikuti rekomendasi dari panel ahli vaksin independen Jerman. Hal itu pun dilakukan setelah regulator medis di sana menemukan peningkatan kasus gumpalan darah yang tidak biasa di kepala pada penerima vaksin AstraZeneca baru-baru ini. Kasus gumpalan darah di kepala itu dikenal sebagai trombosis vena sinus.
Sejauh ini, Jerman telah menemukan 31 kasus semacam itu pada penerima vaksin AstraZeneca. Beberapa wilayah Jerman, termasuk ibu kota Berlin dan negara bagian terpadat, yakni Rhine-Westphalia Utara, telah menangguhkan penggunaan AstraZeneca bagi orang-orang yang lebih muda pada Selasa pagi.
Sejauh ini, sekitar 2,7 juta dosis vaksin AstraZeneca telah diberikan di Jerman. Sebelumnya, European Medicines Agency (EMA) sempat mengatakan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca lebih besar dibanding risikonya. Namun ia tak dapat mengesampingkan hubungan antara vaksin dan penemuan sejumlah kasus gumpalan darah.
EMA kemudian menambahkan peringatan tentang kemungkinan efek samping yang jarang terjadi. Dalam pernyataan sebelumnya , AstraZeneca mengatakan puluhan juta orang di seluruh dunia telah menerima vaksinnya. Ia menyebut regulator Uni Eropa dan Organisasi Kesehatan Dunia menyimpulkan bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya.