REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menjadi anggota Uni Eropa (UE) masih menjadi salah satu tujuan strategis Turki. Hal itu dikatakan juru bicara parlemen negara itu Mustafa Sentop pada Selasa (30/3).
"Jadi anggota UE terus menjadi target strategis kami. Memperkuat dan melindungi orientasi Turki untuk UE akan menjadi kepentingan terbaik semua pihak," kata Sentop pada pertemuannya dengan Rik Daems, presiden Majelis Parlemen Dewan Eropa, di ibu kota Ankara.
Sentop mengatakan Turki baru-baru ini mempercepat reformasinya terhadap keanggotaannya di Uni Eropa dan mengatakan negaranya itu memiliki "harapan yang sah bahwa upaya reformasi kami juga didukung oleh serikat pekerja."
Daems, pada bagiannya, mengatakan kunjungannya ke Turki sangat penting karena Turki adalah salah satu negara anggota Dewan Eropa yang paling penting.
Turki mengajukan keanggotaan di UE pada tahun 1987, dengan pembicaraan aksesi dimulai pada 2005. Namun, negosiasi terhenti pada 2007 karena keberatan dari Siprus Yunani, serta penentangan dari Jerman dan Prancis.
Untuk mendapatkan keanggotaan di UE, Turki harus berhasil menyelesaikan negosiasi dari 35 bab kebijakan yang melibatkan reformasi dan adopsi standar Eropa. Hingga Mei 2016, 16 chapter proses itu telah dibuka dan satu telah ditutup. Namun pada Desember 2016, negara anggota mengumumkan bahwa chapter baru tidak akan dibuka.
Sejak itu, Ankara telah mengadakan banyak negosiasi dengan pejabat UE, serta bersikeras bahwa Turki ingin membuka Bab 23 tentang peradilan dan hak-hak fundamental dan Bab 24 tentang keadilan, kebebasan, dan keamanan.