REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat melakukan kajian dan survei perluasan jumlah sekolah tatap muka setelah sukses menggelar pembelajaran tersebut pada 110 sekolah sejak 22 Maret lalu. Pemkot mengklaim mulai muncul keyakinan dari orang tua untuk mengizinkan anak-anaknya kembali ke sekolah.
"Kami sudah memulai aktivitas tatap muka di 110 sekolah dan alhamdulillah berjalan lancar dengan penerapan prokes secara ketat tentunya," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi Inayatullah di Bekasi, Rabu (31/3).
Inayatullah menyatakan, kegiatan adaptasi tatanan hidup baru di satuan pendidikan (ATHB-SP) dengan penerapan sekolah tatap muka berjalan tanpa kendala selama lebih dari sepekan terakhir. Hal itu membuat sejumlah sekolah lain mengajukan untuk menggelar kegiatan serupa ke dinas pendidikan.
"Ada 39 SMP dan 28 SD yang sudah mengajukan proposal untuk menggelar kegiatan ATHB-SP. Sekolah-sekolah ini masih kami survei dan akan kami buat penetapan lagi," katanya.
Inay menyebut kajian penambahan jumlah sekolah tatap muka itu dilakukan dinas pendidikan bersama pusat kesehatan masyarakat, pengawas dan Satgas Covid-19, serta dewan pendidikan. Tim ini bertugas mengkaji standar penerapan protokol kesehatan di sekolah dan syarat-syarat yang perlu dipenuhi oleh setiap sekolah yang mengajukan kegiatan pembelajaran tatap muka.
Selama sepekan digelarnya kegiatan pembelajaran tatap muka di 110 sekolah, kata dia, mulai muncul keyakinan dari orang tua untuk mengizinkan anak-anaknya kembali ke sekolah. Hal ini tidak terlepas dari tingginya kedisiplinan sekolah, siswa, serta orang tua dalam melaksanakan protokol kesehatan saat mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah.
"Zonasinya juga sudah 93 persen zona hijau (wilayah RT). Kemudian para guru sudah hampir 40 persen menerima vaksin Covid-19. Bahkan, ini masih terus berlanjut, kami percepat," ucapnya.
Menurut dia, meski secara umum kegiatan pembelajaran tatap muka di 110 sekolah berjalan lancar, masih dibutuhkan kerja sama dan sinergi antara sekolah, siswa, dan orang tua untuk lebih meningkatkan kepatuhan pada protokol kesehatan. Salah satu unsur penting yang masih diabaikan sebagian kecil orang tua, yakni kewajiban untuk mengantar dan menjemput anak saat berangkat ke sekolah serta kembali ke rumah.
"Siswa di rumah juga harus disiplin. Kami awasi terus, kadang-kadang (siswa) keluar sekolah, ada yang belum sampai rumah. Ini butuh sinergi supaya siswa selesai belajar di sekolah langsung pulang," katanya.
Inay mengatakan , selain menambah jumlah sekolah tatap muka, Dinas Pendidikan Kota Bekasi juga berencana menambah jumlah rombongan belajar dari tiga rombongan belajar menjadi lima rombongan belajar. "Dari hasil evaluasi kami, dari tiga rombongan belajar akan ditambah menjadi empat, lima, atau enam rombongan belajar. Jadi, nanti di setiap rombongan belajar di kelas kuota siswanya maksimal 18 orang. Dalam pekan ini kebijakan penambahan rombongan belajar kami keluarkan penetapannya," tuturnya.