Rabu 31 Mar 2021 16:55 WIB

Presiden Afghanistan Janji Mundur Jika Pemilu Digelar

Presiden Afghanistan menolak pemerintahan transisi baru yang diusulkan AS

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
 Presiden Afghanistan Ashraf Ghani
Foto: EPA-EFE/GHULAMULLAH HABIBI
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan, dia berniat mundur jika pemilihan umum diadakan. Dia menguraikan rencananya untuk perdamaian pada pertemuan puncak regional di Tajikistan.

KTT Heart of Asia kesembilan bertujuan untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di Afghanistan. KTT tahun ini datang pada waktu yang sensitif ketika Amerika Serikat (AS) dan negara kekuatan lain berusaha untuk menghidupkan kembali proses perdamaian dengan proposal untuk pemerintahan transisi baru.

Baca Juga

Ghani telah menolak proposal tersebut. Dia mengatakan jika pemilihan harus dilakukan, dia akan mundur.

"Saya sangat mendukung penyelenggaraan pemilu secepat mungkin," kata Ghani pada konferensi di Dushanbe, Selasa (30/3) waktu setempat dikutip laman Aljazirah. "Kehormatan terbesar saya adalah menyerahkan wewenang kepada penerus terpilih saya," ujarnya menambahkan.

Pekan lalu, kantor berita Reuters melaporkan bahwa Ghani akan mengusulkan pemilihan presiden baru dalam waktu enam bulan di bawah rencana yang ingin dia ajukan sebagai tawaran balasan atas proposal AS yang dia tolak. Ghani mengatakan, setelah penyelesaian politik tercapai, rinciannya harus didukung oleh majelis Afghanistan yang dikenal sebagai Loya Jirga dan diikuti oleh gencatan senjata dengan pemantauan internasional.

Taliban sejauh ini menolak gencatan senjata. Pihaknya mengatakan mereka tidak akan langsung bergabung dengan pemerintah sementara. Konferensi Selasa adalah salah satu dari serangkaian pertemuan penting di Afghanistan saat AS meninjau rencananya untuk proses perdamaian. AS baru-baru ini menyarankan pembentukan pemerintah transisi yang disebut "pemerintahan perdamaian" di mana Taliban akan terlibat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement