Rabu 31 Mar 2021 17:10 WIB

Pengamat: Paham Radikal Bisa Pengaruhi Siapa Saja

Paham radikal ini biasa didoktrinkan jika bergabung dengan organisasi tertentu. 

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Agus Yulianto
Situs yang menyerukan radikalisme. Ilustrasi
Foto: AP
Situs yang menyerukan radikalisme. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat Intelijen dan Terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Stanislaus Riyanta mengatakan, paham radikal bisa memengaruhi siapa saja dan paham inilah yang menjadi dasar dari orang melakukan kekerasan. Paham radikal ini biasa didoktrinkan jika bergabung dengan organisasi-organisasi tertentu atau bisa juga diperoleh melalui konten di internet. Jadi, dalam hal ini yang menjadi teroris bisa siapa saja.

"Masalah utamanya adalah paham radikal ini bisa mempengaruhi siapa saja. Persoalan ada atribut FPI dalam penangkapan JAD tidak perlu dikagetkan. Peristiwa sebelumnya di Makassar sekitar tahun 2015 juga ada anggota FPI yang berbaiat dengan ISIS. Jangankan anggota FPI yang berbaiat kepada ISIS, oknum Polri yang berbaiat juga ada bahkan bergabung dengan ISIS di Suriah," katanya saat dihubungi Republika, Rabu (31/3).

Dikatakannya, pengangkapan orang perlu ada dasar hukum termasuk bukti. Salah satu bukti adalah jika terlibat dalam aksi teror maka kelompok tersebut akan dapat ditangkap. 

Selain itu, jika ada kasus teror biasanya akan meninggalkan jejak atau petunjuk yang bisa membawa kepada tersangka lainnya. Ini sangat wajar.

"Proses penangkapan jaringan sangat penting karena jika tidak segera ditangkap maka bisa melakukan aksi susulan. Saya kira tidak ada yang memposisikan Islam sebagai radikal," kata dia. 

"Semua agama di Indonesia adalah baik dan suci. Namun, fakta ada orang atau kelompok dengan tafsir agama yang salah untuk membenarkan aksi kekerasan, itu tidak bisa diingkari," imbuhnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement