REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) menyatakan masjid tidak pernah dijadikan sebagai tempat merencanakan dan merancang aksi teror. JK mengungkap, hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan selama ini terhadap aksi teror yang terjadi di Tanah Air.
"Kalau kita lihat pemeriksaan pemeriksaan tersangka teroris tidak pernah menyebut mereka merancang aksinya dari masjid, umumnya dirancang dan direncanakan di rumah kontrakan," ujar JK saat dalam siaran persnya saat menjadi pembicara di acara Mudzakarah Pembina Rohani Islam Masjid Kementerian/Lembaga dan BUMN, Rabu (31/3).
JK melanjutkan, termasuk pelaku bom Gereja Katedral Makassar, dirancang di rumah kontrakan pelaku. JK menilai, tidak dijadikannya masjid sebagai tempat perencanaan dan perancangan aksi teror karena sifat masjid yang terbuka dan tidak dibatasi oleh kelompok tertentu.
"Karena masjid itu sifatnya terbuka, tidak dibatasi oleh kelompok. Meskipun itu dibangun oleh orang Muhammadiyah, orang NU boleh sholat di situ” ujar JK.
Namun demikian, JK tetap mengingatkan, pengurus masjid untuk tetap waspada dan berhati-hati jika ada perkumpulan-perkumpulan di masjid dengan mencurigakan. JK meminta, pengurus masid untuk menegur kegiatan tersebut, dikhawatirkan sedang melakukan kajian tentang radikalisme.
“Hati-hati kalau ada di masjid kelompok-kelompok terdiri dari 4-5 orang dan kemudian ada gurunya, kajian sambil berbisik-bisik, pengurus masjid harus tegur itu, jangan sampai mereka sedang kajian radikalisme," ungkap JK.