REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang bersuci (berthaharah) sejatinya adalah orang yang berupaya membersihkan diri agar dapat melakukan ibadah-ibadah. Najis merupakan kotoran yang wajib dibersihkan.
Imam Zarkasyi dalam buku Fikih Jilid 1 menjelaskan ragam najis yang dikenal dalam fikih. Berikut beberapa jenis najis yang dikenal.
Pertama, najis ringan. Contohnya seperti air kencing bayi (anak kecil) yang usianya kurang dari dua tahun. Cara membersihkan najis jenis ini adalah cukup memercikkan air ke bagian yang terkena najis itu sampai bersih.
Kedua, najis berat. Yaitu najis yang disebabkan dari bekas jilatan anjing ataupun babi. Cara membersihkan najis jenis ini adalah terlebih dahulu dihilangkan wujud benda najisnya, kemudian dicuci dengan air bersih tujuh kali. Salah satunya adalah dengan campuran tanah dalam airnya.
Ketiga, najis biasa (sedang). Yaitu kotoran manusia atau binatang, air kencing, bangkai (selain bangkai ikan, belalang, dan mayat manusia), darah, nanah, dan sebagainya selain yang tersebut dalam najis ringan dan najis berat.
Cara membersihkan najis ini adalah cukup dengan air sehingga hilang sifatnya. Tetapi apabila tidak mungkin hilang semua sifatnya (bau dan rupa), maka dimaafkan (tidak apa-apa) adanya bekas najis itu.