Rabu 31 Mar 2021 22:46 WIB

Perempuan-Anak Jadi Kelompok Rentan Ketika Terjadi Bencana

Perempuan dan anak diminta diprioritaskan ketika terjadi bencana

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah warga, terutama ibu dan anak-anak terdampak bencana angin puting beliung mengungsi di ruang sekolah.  Staf Ahli Bidang Komunikasi Pembangunan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Ratna Susianawati  menyatakan  setiap perempuan dan anak memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi pada suatu bencana.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Sejumlah warga, terutama ibu dan anak-anak terdampak bencana angin puting beliung mengungsi di ruang sekolah. Staf Ahli Bidang Komunikasi Pembangunan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Ratna Susianawati menyatakan setiap perempuan dan anak memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi pada suatu bencana.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam rangka menyambut Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang jatuh pada tanggal 26 April 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan talkshow mengangkat tema "Peran Perempuan dan Keluarga Dalam Menghadapi Bencana, dan Latihan Membuat Kita Selamat Dari Bencana". Kelompok rentan yaitu perempuan dan anak menjadi perhatian khusus dalam menghadapi suatu bencana. 

"Terlebih lagi dalam keadaan tanggap darurat kelompok rentan dianggap perlu menjadi prioritas utama. Kelompok rentan yang dimaksud antara lain perempuan hamil, anak-anak, lansia, dan disabilitas," ujar Staf Ahli Bidang Komunikasi Pembangunan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Ratna Susianawati seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (31/3).

Ratna Susianawati menyampaikan bahwa setiap perempuan dan anak memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi pada suatu bencana. Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong kebutuhan spesifik perempuan dan anak, karena perempuan dan anak memiliki resiko yang lebih tinggi dari dampak sebuah bencana. 

"Dalam masa tanggap darurat ini juga kita akan memastikan hunian sementara hingga hunian tetap yang layak bagi perempuan dan anak, karena perempuan dan anak memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.” kata Ratna.

Di kesempatan yang sama, Praktisi Kebencanaan Hening Parlan menambahkan, dalam mengurangi atau mengatasi kebencanaan merupakan Everybody Bussiness.

"Artinya setiap orang tidak dapat keluar dari situasi kondisi suatu kebencanaan. Bencana dapat menyerang siapapun dimanapun karena bencana tidak akan memilih tempat atau waktu untuk terjadi," katanya.

Terpisah, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati menambahkan, HKB tahun ini menggunakan slogan 'Siap Untuk Selamat' serta mengusung tema 'Latihan membuat kita selamat dari bencana' dengan berharap masyarakat menyadari pentingnya mitigasi kebencanaan mulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar untuk keselamatan bersama. 

"Selain itu juga peran masyarakat sebagai Agent Of Chance dapat mengambil keputusan yang tepat untuk membangun lingkungan yang lebih tangguh dalam menghadapi bencana," ujarnya.

Pihaknya mengimbau seluruh komponen masyarakat untuk ikut serta dan berpartisipasi aktif pada Hari Kesiapsiagaan Bencana tahun 2021. Caranya yaitu dengan bunyikan tanda secara serentak seperti kentongan, sirine dan lonceng pada tanggal 26 April 2021 pukul 10.00 waktu setempat. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement