Kamis 01 Apr 2021 14:29 WIB

Peran Penting Persahabatan Imam Besar Al-Azhar dengan Paus

Persahabatan imam Al Azhar dan Paus dinilai penting.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Paus Fransiskus (kanan) menyalami Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif, di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).
Foto: Antara/Ryan Carter
Paus Fransiskus (kanan) menyalami Imam Besar masjid Al Azhar Al Sharif, di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Minggu (3/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO – Persahabatan dan kolaborasi antara Paus Fransiskus dengan Imam Besar Al-Azhar adalah inspirasi dan model bagi semua orang yang mengejar perdamaian di dunia saat ini. Di mana dunia masih terperosok dalam konflik, kekerasan, dan perpecahan.

Dilansir di Arab News, Kamis (1/4), Sekretaris Jenderal Komite Tinggi Persaudaraan Manusia dan hakim di Dewan Negara Mesir,  yang juga mantan penasihat Imam Besar Al-Azhar, Hakim Mohamed Abdelsalam, menulis sebuah buku berjudul “Paus dan Imam Besar: Jalan Berduri”. Buku ini bercerita tentang peran penting persahabatan antara dua tokoh agamawan dunia.

Baca Juga

“Saya menjelajahi kehidupan dua tokoh agama besar ini dan persahabatan dekat mereka, buku ini memberikan gambaran di balik layar tentang bagaimana Imam Besar dan Paus menavigasi masalah perairan untuk mencapai garis finish persaudaraan manusia,” kata Abdelsalam.

Sebagai mantan penasihat Imam Besar dan Muslim Arab pertama yang menerima penghormatan tertinggi Paus—Komandan Ksatria Ordo Paus Pius IX—pihaknya mengaku menyaksikan bagaimana hubungan yang awalnya rapuh tersebut dimulai dengan kunjungan pertama Imam Besar ke Vatikan yang ditanggapi Paus Francis dengan kunjungan ke markas Al-Azhar di Kairo, Mesir.

Ikatan persaudaraan kemudian diperdalam melalui beberapa pertemuan bersama, termasuk makan malam yang intim di rumah Paus Francis, Casa Santa Marta, tempat di mana Abdelsalam juga turut hadir.

Dalam buku tersebut dijelaskan, pada jamuan makan malam Paus mengambil sepotong roti dan memotongnya menjadi dua bagian. Dia mengambil satu bagian dan memberikan setengah lainnya kepada Imam Besar, jadi masing-masing dari mereka memakan bagiannya, sebagai tindakan simbolis hidup berdampingan dan persaudaraan manusia.

Dalam salah satu pertemuan gabungan tersebut, muncul gagasan untuk menandatangani dokumen persaudaraan manusia. “Saya dapat membuktikan bahwa kelahiran dari apa yang pada akhirnya akan disebut Dokumen Persaudaraan Manusia dipenuhi dengan tantangan yang hanya dapat diatasi oleh kegigihan dua tokoh agama besar dan keyakinan mereka yang teguh akan pentingnya dokumen tersebut dan terjemahannya menjadi tindakan,” kata dia.

Dokumen tersebut, yang ditandatangani pada 2019 di Abu Dhabi di bawah perlindungan Yang Mulia Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan, telah menarik perhatian dunia dan dipuji sebagai kerangka kerja untuk perdamaian global.

Baik Yang Mulia Paus Fransiskus dan Yang Mulia Imam Besar telah mendukung upaya Komite Tinggi Persaudaraan Manusia (HCHF). Pada kesempatan itu, dia menjelaskan, pihaknya menjabat sebagai sekretaris jenderal yang bertujuan untuk mempraktikkan nilai-nilai dokumen melalui berbagai inisiatif termasuk Penghargaan Zayed untuk Persaudaraan Manusia dan Rumah Keluarga Abrahamik.

Paus Francis dan Imam Besar Al-Azhar, kata dia, adalah inspirasi bagi semua elemen di HCHF, dan seluruh dunia. Tindakan persaudaraan manusia keduanya disebutkan dimulai jauh sebelum penandatanganan dokumen. Misalnya, dijelaskan, Imam Besar mendirikan Rumah Keluarga Mesir untuk mendukung hubungan Muslim-Kristen pada tahun 2011 dan Paus Francis membawa 12 keluarga pengungsi Muslim Suriah dari pulau Lesbos di Yunani ke Roma, 2016 silam.

Baik Paus maupun Imam Besar telah menghabiskan waktu bertahun-tahun melayani orang-orang yang membutuhkan, orang miskin, orang sakit, dan pengungsi di seluruh dunia, karena simpati keduanya yang tulus terhadap penderitaan orang-orang yang paling rentan.

Melalui beberapa pertemuan bersama, kata Abdelsalam, mereka telah menunjukkan kepada dunia keindahan kerja sama alih-alih mendorong penolakan dan perpecahan, menunjukkan kerendahan hati dan kegembiraan alih-alih kesombongan dan keangkuhan, dan mengekspresikan cinta dan persahabatan alih-alih kebencian dan agresi.

Di saat ekstremisme, kekerasan, dan kebencian mengancam dunia, pihaknya menekankan bahwa persahabatan keduanya dapat mengungkap rahasia di balik persahabatan tingkat tinggi antara Paus dengan Imam Besar.

“Persahabatan unik mereka terletak pada kesetiaan, kesederhanaan, dan kesepakatan bersama mereka bahwa Benih kedamaian harus ditaburkan dalam segala keadaan dan terlepas dari semua tantangan dan rintangan yang sering menjumpai para pemimpin besar di segala usia,” ujar dia.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement