REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan berinisial ZA (25 tahun) pelaku teror di Mabes Polri ditembak mati oleh aparat karena diduga akan melakukan penyerangan menggunakan senjata api, Rabu (31/3) sore. M Ali, ayah kandung ZA, meyakini putrinya berbuat demikian karena dituntun orang lain.
Pada Kamis (1/4) siang, Ali baru saja pulang melaksanakan sholat Dzuhur di sebuah mushola di dekat kediamannya di RT 03 RW 10, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur. Ali yang berjalan kaki tampak sempat berbicara dengan tetangganya yang bernama Tiuria soal kematian ZA.
Saat ditanyai awak media, Ali tak berkomentar banyak. "Innalillahi ...." katanya. Kalimat ucapan duka itu tak terdengar jelas pada bagian akhir karena suara Ali lirih. Wajah pria 69 tahun itu tampak letih.
Ali lantas meminta awak media untuk mewawancarai Tiuria saja. "Maaf ya maaf ya. Sama ibu itu (Tiuria) saja," kata Ali.
Tiuria mengatakan, Ali masih tak menyangka ZA berbuat demikian. Ali juga meyakini bahwa ZA beraksi bukan karena atas kemauannya sendiri, melainkan karena ada tuntunan dari orang lain.
"Kata dia (Ali) ada orang yang menuntun anaknya (ZA). Ada yang bawa dia, bapaknya bilang gitu. Karena anak seperti itu masih labil lah ketika diajak, ya dia mau," kata Tiuria kepada wartawan.
Polisi diketahui turut mengamankan barang bukti berupa kartu tanda anggota (KTA) Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) atas nama ZA. Tiuria mengatakan, Ali selama ini juga tak mengetahui putrinya ikut klub menembak.
"Pak Ali tidak tahu sama sekali (soal KTA Perbakin). Kegiatan dia di luar aja sama sekali orang tuanya, keluarganya, tidak tahu. Makanya mereka juga kaget sesudah kejadian ini. Makanya tadi kan dibilang 'ada yang nuntun', 'ada yang bawa'," kata Tiuria.