Kamis 01 Apr 2021 17:09 WIB

Wamenkeu: Pemulihan Ekonomi Indonesia Lebih Cepat 

Kontraksi Indonesia tidak sedalam negara lain karena punya pijakan yang bagus.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Pelaku UMKM saat menunggu waktu observasi setelah disuntik vaksin Covid-19 di Jakarta, Kamis (1/4). Vaksinasi Covid-19 massal bagi pelaku UMKM itu diikuti oleh 1.500 pelaku UMKM dan ditargetkan mencapai 250.000 pelaku UMKM di DKI Jakarta untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pelaku UMKM saat menunggu waktu observasi setelah disuntik vaksin Covid-19 di Jakarta, Kamis (1/4). Vaksinasi Covid-19 massal bagi pelaku UMKM itu diikuti oleh 1.500 pelaku UMKM dan ditargetkan mencapai 250.000 pelaku UMKM di DKI Jakarta untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut Indonesia memiliki pijakan yang baik untuk mendorong pemulihan ekonomi dari krisis pandemi Covid-19. Pada tahap awal pemerintah melanjutkan proses pemulihan ekonomi melalui berbagai kebijakan prioritas pada tahun ini.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pemerintah juga berupaya mendorong perekonomian domestik. Seluruh tantangan ini atau game changer akan dilakukan dengan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang disertai dengan sinergi kebijakan dengan otoritas moneter maupun keuangan.

“Apa game changer kita pada 2021? Nomor satu game changer yang pertama adalah intervensi kesehatan, vaksinasi gratis adalah salah satu bentuknya,” ujarnya saat acara Temu Stakeholder Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (1/4).

Menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi lebih baik dari negara lain ini, sehingga akan menjadi pijakan yang bagus untuk semakin memulihkan perekonomian ke depan menjadi lebih cepat.

“Kontraksi Indonesia tidak sedalam negara lain jadi kita punya pijakan yang bagus. Kalau kita lihat Indonesia minus 2,1 persen. Negara lain yang lebih dalam kontraksinya dari Indonesia berarti pijakannya lebih berat,” ucapnya.

Meski demikian, pemerintah tetap waspada terhadap segala tantangan dan risiko perekonomian. Hal ini mengingat mayoritas negara tetangga dan negara anggota G20 terkontraksi lebih dalam, sehingga proses pemulihannya diperkirakan akan lebih lama dibandingkan Indonesia.

“Pijakan kita oke, kita punya pijakan. Oleh karena itu, kita melihat tahun ini pemulihan ekonomi harus jalan terus. Kita harus optimistis, namun kita harus tetap waspada,” ucapnya.

Selanjutnya, pemerintah juga berupaya membuat APBN tetap fleksibel untuk pemulihan perekonomian. Selain itu, Suahasil melanjutkan pemerintah juga melakukan reformasi struktural dengan UU Cipta Kerja.

“Sehingga ketika nanti intervensi kesehatannya, vaksinasinya membaik, survival kit membaik, lingkungan usahanya juga membaik,” ucapnya.

Pada tahun ini pemerintah menargetkan ekonomi mampu tumbuh 4,3 persen hingga 5,5 persen. Dalam APBN 2021, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen.

Dalam APBN juga terdapat kebijakan strategis untuk mendukung pemulihan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, ketahanan pangan, pariwisata, bidang teknologi informasi dan komunikasi, serta infrastruktur.

“Itulah desain dasar dari APBN 2021 yang kalau kita lihat meskipun di tengah-tengah penerimaan turun namun belanja tetap kita naikkan. Ini untuk mendorong konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi sektor publik,” ucapnya.

Pada tahun ini belanja negara ditargetkan sebesar Rp 2.750 triliun dengan realisasi hingga akhir Februari sebesar Rp 282,7 triliun atau tumbuh 1,2 persen (yoy) dibandingkan periode sama 2020 sebesar Rp 279,4 triliun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement