REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Islam Abdul Mujib mengatakan, terduga penyerang Mabes Polri, ZA (25 tahun) mengalami konversi dalam psikologi agama. Menurutnya, konversi itu tidak dibangun dari pengetahuan agama yang kuat, melainkan hanya afektif atau sikap mendalam tanpa pemahaman.
"Itu mirip shock culture. Sama dengan yang baru belajar agama, dia akan merasa damai dengan pemahaman secukupnya yang kemudian membentuk sikap radikal," katanya, Kamis (1/4).
Berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan, dia menduga, bahwa keluarga ZA tidak terlalu ketat secara agama. Berangkat dari sana, doktrin agama dengan pengetahuan agama seadanya dari ZA, kata dia, menjadi pemicu melihat agama Islam dari satu sisi.
"Itu yang membentuk pemahaman fundamental dan radikal," tambah Dekan Psikologi UIN itu.
Dia melanjutkan, hal itu akan berbeda jika ZA berangkat dari lingkungan religius atau santri. Lingkungan tersebut dinilainya, bisa menanggapi ajakan atau doktrin tertentu dengan sikap biasa.
"Apalagi mereka (santri) tahu kalau Nabi Muhammad tidak perang karena inisiatifnya, tapi karena given mechanism, pertahanan diri. Dan Nabi Muhammad tidak merusak," tambah dia.
Menurutnya, alasan polisi dan sistem kafir serta thoghut adalah dalih lanjutan dari ZA. Alasan utama ZA melakukan aksi tersebut di Mabes Polri, kata dia, adalah kurangnya pemahaman agama dan keputusasaan tertentu dari latar belakangnya.