REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Dua tahun lebih pascamusibah gelombang Tsunami Selat Sunda di Lampung, pembangunan hunian tetap (huntap) bagi korban telah mencapai 70 persen. Rencananya, sisa 30 persen huntap rampung pada Juni 2021 mendatang.
“Progren pembangunan huntap sudah 70 persen,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan M Darmawan dalam keterangannya, Rabu (31/3).
Berdasarkan data BPBD Lampung Selatan, Rabu (31/3), total pembangunan huntap sebanyak 524 unit yang tersebar di sembilan titik. Diantaranya, Kecamatan Rajabasa meliputi Desa Kunjir sebanyak 138 unit, Desa Way Muli Timur 129 unit, Desa Way Muli 58 unit, Desa Sukaraja 20 unit, Desa Rajabasa 34 unit, Desa Banding 13 unit, dan Pulau Sebesi 78 unit.
Di Kecamatan Kalianda berada di Kelurahan Kalianda sebanyak 34 unit, Desa Maja 18 unit. Di Kecamatan Sidomulyo akan dibangun dua unit di Desa Suak. Pelaksanaan pembangunan huntap dimulai aktif pada April dan Mei 2020. Masing-masing hutanp dibangun di atas lahan 10 meter persegi sesuai luas tanah yang ditetapkan pemerintah.
Musibah gelombang tsunami Selat Sunda terjadi pada 22 Desember 2018, menelan korban jiwa 437 orang, dan korban hilang 154 orang yang berada di pesisir Banten dan Lampung. Gelombang tsunami tersebut dampak dari ambruknya kawah Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda.
Pengembang huntap PT Tatalogam Lestari membangun rumah permanen dengan sistem yang memungkinkan rumah bisa dibangung dengan cepat atau disebut Domus. Rumah Domus ini sesuai dengan perencanaan matang, material tepat, dan teknik pengerjaan benar, efektif, dan efisien.
Menurut Monica, perwakilan PT Tatalogam Lestari, pembangunan...