Tidak akan ada yang mengira aksi teror kembali menghantui masyarakat Indonesia. Kebahagiaan umat Kristiani yang baru saja selesai menjalani ibadah Misa Palma di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, terusik dan dirusak oleh aksi bom bunuh diri.
Setidaknya 20 jemaah menderita luka-luka. Orang-orang yang tidak berdosa kembali menjadi korban dari tindakan tafsir keagamaan yang sempit oleh pelaku LL dan EM. Lalu sebenarnya siapa yang harus disalahkan? Siapa yang harus bertanggung jawab atas insiden yang berulang seperti ini?
Terorisme adalah terorisme, ucap Romo Benny Susetyo. "Memang itu arahnya mau adu domba, tetapi dalam sejarah kita, teror itu tidak membuat retak hubungan antaragama, justru mempererat,” katanya kepada DW.
Tidak sedikit yang menyalahkan agama tertentu atas insiden akhir pekan lalu. Namun, bukankah sudah sepatutnya masyarakat Indonesia sadar dan paham bahwa terorisme adalah musuh semua orang?
"Mengapa dia ledakan di Katedral? Supaya mendapatkan perhatian internasional. Jadi kita jangan terjebak dengan mereka, jangan takut dan khawatir berlebihan, tetapi bagaimana kita sekarang sadar betul bahwa terorisme musuh kemanusiaan, musuh setiap agama, dan kita sekarang tidak boleh lagi multi tafsir,” tambah pastor pengusung gerakan moral bangsa itu.
Takdir Kosmas bertemu pelaku teror bom
Adalah Kosmas Balalembang, pengatur parkir di Gereja Katderal Makassar yang berjasa besar, dengan tegas menghadang motor pelaku serangan bom bunuh diri, agar tidak masuk ke areal gereja. Hari itu (28/03), Kosmas dihadapkan pada kejadian yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya. Jika saja ketika itu dia tidak menghadang motor pelaku di depan gerbang gereja, kemungkinan besar insiden bom bunuh diri itu akan memakan lebih banyak korban.
Sebelumnya tidak ada yang mengenal sosok Kosmas, selain keluarga, teman, dan tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya. Pria berusia 51 tahun itu berprofesi sebagai karyawan tata usaha di salah satu SMP Katolik di Makassar.
Bapak satu anak itu ditugaskan Gereja Katedral Makassar untuk membantu mengarahkan parkiran hingga menjaga keamanan tempat ibadah, setiap hari mulai pukul 16.00 hingga 20.00 WITA. Dia dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab selama menjalankan tugasnya.
Pujian dan dukungan dari pejabat tinggi hingga masyarakat umum mengalir untuk aksi heroik yang telah dilakukan Kosmas. Berkat nyalinya, ratusan jemaah yang masih berada di dalam gedung dan sejumlah jemaah lainnya di area luar gedung terselamatkan.
Namun, akibat aksinya menghadang pelaku teror bom itu, Kosmas harus mengalami luka bakar yang cukup serius di bagian tangan dan badan . Kondisi terkini mengungkapkan lukanya berangsur pulih, tetapi masih membutuhkan perawatan intensif.
Peribahasa "apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai” sesuai menggambarkan kondisi Kosmas saat ini. Atas jasanya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menawarkan anak Kosmas untuk menjadi polisi sebagai bentuk apresiasi karena telah melarang pasutri bomber masuk ke area dalam gereja.