REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aksi teror yang dilakukan ZA, perempuan berusia 25 tahun, di Mabes Polri memberikan sinyal bahwa paham radikalisme masih rentan di generasi milenial. Untuk itu Polri bersama para stakeholders terkait lainnya diminta lebih mampu membangun sinergi dengan tokoh-tokoh muda sebagai ikhtiar mencegah penyebaran paham radikalisme tersebut.
Ketua Sahabat Polisi Indonesia (SPI) DKI Jakarta, Fauzi Mahendra mengatakan insiden teror yang terjadi kemarin telah menjadi peringatan agar pihak kepolisian lebih intensif menggandeng generasi milenial.
“Polri harusnya bisa menggandeng kepemudaan agar kelompok milenial ini bisa bersinergi dan terpantau dari ajakan radikal atau pencucian otak yang membuat mereka mudah diajak bergabung ke berbagai aktifitas teroris," kata Fauzi Mahendra di Jakarta, Kamis (1/4).
Fauzi mengatakan pendekatan kontra terorisme itu harusnya mulai dikemas secara menarik untuk bisa diterima dan dipahami oleh kelompok milenial. “Cara yang dilakukan bisa banyak hal, tetapi yang jelas polisi dan pihak-pihak lainnya harus semakin intensif melibatkan kelompok milenial ini untuk mencegah radikalisme di tengah masyarakat,” ujarnya.
Sebelumnya Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono menyampaikan, generasi milenial lainnya juga terdeteksi masuk dalam kelompok Villa Mutiara yang melakukan aksi teror di Gereja Katedral Makassar. Menurut Rusdi, kelompok Villa Mutiara yang merupakan jaringan terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD) merekrut anak muda yang masih dalam lingkup keluarga.
Sementara itu, pelaku teror di Mabes Polri sendiri merupakan anak muda kelahiran 1995. Dia diketahui merupakan mahasiswa yang drop out pada semester 5. Sejauh ini Detasemen Khusus (Densus) 88 antiteror sedang mendalami adanya pelaku lain di balik aksi ZA, perempuan 25 tahun yang nekat menerobos Mabes Polri.