Youtuber Kevin Hendrawan menggandeng pengusaha sekaligus Sandiaga Uno dalam video bertajuk "Gimana Cara SANDIAGA UNO Punya Uang 5 TRILIUN?! (EXCLUSIVE ISINYA DAGING SEMUA, No Clickbait)".
Sandiaga Uno bercerita bahwa dirinya menjadi pengusaha karena 'kecelakaan' lantaran ia terkena PHK pada tahun 1997 akibat krisis ekonomi. Sandi pun mengungkap bahwa kejadian yang semula ia anggap 'musibah' justru menjadi hikmah berakhir berkah. Melalui itu, Sandi mulai berbisnis dalam sektor keuangan dan investasi.
Baca Juga: Demi Bayar Utang, Emiten Telekomunikasi Ini Jual Aset Triliunan Rupiah ke Perusahaan Milik Sandiaga
"Usaha itu awalnya juga UKM hanya 3 orang karyawan," tandas Sandi.
Ia pun merasakan pahitnya jatuh bangun hingga merasakan titik di mana perusahaannya bisa menjadi perusahaan investasi. Sandi pun merasa senang menjalaninya karena merasa kembali ke habitat awal yang dulunya bekerja sebagai manajer investasi.
Dalam menyusun portofolio pun, Sandi sangat berhati-hati karena ia pernah hampir bangkrut. Bisnisnya pun tak selalu mulus, perusahaannya kerap dilanda krisis seperti krisis 2007-2008 dan 2012. Namun, krisis tersebut justru membuat perusahaan Sandi semakin kuat.
Hingga pada tahun 2015, Sandi memutuskan untuk aktif dalam kegiatan publik, ia pun mundur dari 18 jabatan komisaris dan direktur utama di anak-anak perusahaan yang ia emban. Dan memilih mengabdi kepada negara dengan menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi Cawapres 2019 dengan Prabowo Subianto.
Sandi pun melihat generasi milenial abad ini sangat canggih dalam menggali informasi seperti di YouTube. Karena itu, Sandi merasa harus relevan dengan zaman. Ia pun terjun ke dalam YouTube untuk menyampaikan pesan-pesan persatuan bangsa.
Meski sudah memiliki banyak harta berkat bisnis dan rentetan perusahaannya, Sandi tetap aktif dan berkontribusi dalam membangun bangsa. Hal ini karena Sandi merasa 'terpanggil'.
"Kita hidup di dunia ini sementara, kita harus menanam budi baik kita di dunia ini dengan berbagi, dengan harapan," ujar Sandi.
"Insya Allah dengan apa yang kita kontribusikan balik kepada Indonesia, kepada bangsa dan negara, mudah-mudahan bisa membawa kita menjadi manusia yang tahu berterima kasih." lanjutnya lagi.
Lebih lanjut, Sandiaga Uno mengatakan bahwa 90% kekayaannya berasal dari surat berharga, yang 80%-nya adalah saham. Sandi bahkan mengungkap bahwa ia tak akan sekaya sekarang jika hanya bekerja. Terlebih, surat berharga di bursa naik turun sehingga kekayaannya pun bisa saja naik turun.
"Toh kita juga makan cuma 3 kali sehari, gak mungkin jadi 12 kali sehari kan. Pengeluaran juga segini-gini aja," tandas Sandi.
Pernah suatu hari, Sandi bersama rekan-rekannya untung sangat besar sehingga tidak ingin membayar kamar hotel, dan ingin segera pulang naik pesawat. Bahkan, saat ketinggalan pesawat, Sandi tak ingin menghamburkan uangnya untuk memesan kamar hotel lagi. Ia memilih menunggu di lounge hingga pagi.
Menurutnya, saat ia menyentuh keuntungan tertingginya, ia hanya ingin menambah pemasukan dan menekan pengeluaran.
"Itu bukannya pelit ya, tapi efisiensi," tambah Kevin.
Kedepannya, Sandi pun membeberkan tren investasi di masa depan, yaitu:
1. Digital disruption
Perusahaan appaun yang bisa mengaplikasikan teknologi ke dalam produknya.
2. Healthcare
Banyak orang mulai sadar akan kesehatan dan ingin hidup lebih baik dan lebih panjang.
3. Alternative energy dan Clean energy
Energi alternatif yang merupakan energi ramah lingkungan menjadi harapan banyak orang di tengah tingginya kesadaran akan dampak buruk dari energi yang merusak. Contohnya, banyak orang yang aware bagaimana langit Ibu Kota Jakarta jadi bersih saat PSBB.
Kedepannya, Sandiaga sangat prihatin dengan biaya hidup di Indonesia saat ini. Seperti di tengah pandemi, banyak kalangan menengah ke bawah yang sangat terbebani.
Dalam kesuksesannya, Sandiaga Uno sangat percaya akan yang namanya 'hoki'. Sandi berkata bahwa rejeki tidak akan pernah tertukar.
"Tetapi, rejeki-rejeki itu hadir kalau kita berikhtiar secara maksimal," ujarnya.
Sandi sendiri memiliki prinsip kerja yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, kerja ikhlas.
"Kerja ikhlas itu berada pada peringkat tertinggi sehingga 'hoki' berbanding lurus dengan kerja keras kita," lanjutnya lagi.
Lebih lanjut, Sandi mengungkap bahwa golden age seseorang berada pada usia 28 tahun sampai 40 tahun. Sehingga, dalam waktu 12 tahun itu harus membuat capaian-capaian.