Jumat 02 Apr 2021 11:54 WIB

Pertama Kali, Astronom Deteksi Sinar-X dari Planet Uranus

Astronom mencari tahu sumber sinar X dari Uranus.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Observatorium Sinar-X Chandra milik Badan Antariksa Amerika (NASA) para astronom mendeteksi sinar-X (berwarna pink) yang berasal dari Uranus.
Foto: nasa
Observatorium Sinar-X Chandra milik Badan Antariksa Amerika (NASA) para astronom mendeteksi sinar-X (berwarna pink) yang berasal dari Uranus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Observatorium Sinar-X Chandra milik Badan Antariksa Amerika (NASA) para astronom mendeteksi sinar-X yang berasal dari Uranus. Temuan ini menyingkapkan dimensi raksasa es yang sebelumnya tidak diketahui.

Studi terbaru, yang dipublikasikan di JGR : Physics menunjukkan bahwa emisi sinar-X telah terdeteksi di setiap planet di Tata Surya kecuali Neptunus. Penemuan ini dapat menghasilkan wawasan baru mengenai objek pemancar sinar-X yang lebih jauh, termasuk lubang hitam (black hole), supernova, quasar, dan bintang neutron.

Baca Juga

Pemimpin studi adalah astronom William Dunn dari University College London. Uranus menunjukkan dua set cincin, yang keduanya mengorbit di atas ekuator. Planet ini cukup unik karena berputar relatif miring terhadap bidang Tata Surya.

Pesawat luar angkasa NASA Voyager 2 mengunjungi Uranus dengan sangat singkat pada 1986. Selain ini,para astronom telah bergantung pada teleskop, seperti Chandra dan Hubble, untuk mempelajari planet ketujuh dari Matahari tersebut.

Dunn, bersama dengan fisikawan Affelia Wibisono, seorang mahasiswa PhD di UCL dan salah satu penulis studi, mengungkap bukti emisi sinar-X Uranus dalam data Chandra yang dikumpulkan pada 2002 dan 2017. Data dari 2002 dikumpulkan oleh Chandra Advanced CCD Imaging Spectrometer, sedangkan data 2017 berasal dari Kamera Resolusi Tinggi Chandra, selain dari pengamatan optik.

Sinar-X dikonfirmasi ada pada Uranus. Meski demikian, sinyal yang diamati sangat lemah.

“Ada tiga cara utama sebuah planet dapat menghasilkan sinar-X, yaitu fluoresensi, hamburan sinar-X matahari, dan emisi aurora,” ujar Wibisono, dilansir Gizmodo, Jumat (2/4).

Uranus, seperti banyak objek lain di tata surya, termasuk komet, bulan, dan bahkan Pluto kemungkinan besar menghamburkan sinar-X yang diterima oleh Matahari. Tetapi tampaknya ini bukan sumber eksklusif sinar-X di Uranus.

Wibisono mengatakan perhitungan tim peneliti menunjukkan bahwa Uranus menghasilkan lebih banyak sinar-X daripada yang seharusnya jika planet itu hanya menyebarkan sinar-X Matahari. Penulis mengajukan dua teori berbeda untuk menjelaskan emisi. Salah satu kemungkinannya adalah cincin Uranus mengeluarkan sinar-X, mirip dengan yang terjadi dengan cincin di sekitar Saturnus.

Proses ini, yang dikenal sebagai fluoresensi, terjadi ketika partikel bermuatan energi, seperti elektron dan proton, bertabrakan dengan cincin, menyebabkannya bersinar dalam sinar-X. Kemungkinan lain adalah bahwa sinar-X dihasilkan oleh aurora Uranus, seperti yang dijelaskan NASA dalam sebuah pernyataan.

Di Bumi, pertunjukan cahaya warna-warni di langit yang disebut aurora, yang terjadi ketika partikel berenergi tinggi berinteraksi dengan atmosfer. Sinar-X dipancarkan di aurora planet ini dihasilkan oleh elektron-elektron energik setelah mereka bergerak ke garis medan magnet planet ke kutubnya dan diperlambat oleh atmosfer.

Jupiter juga memiliki aurora. Sinar-X dari aurora di Jupiter berasal dari dua sumber, yaitu elektron yang bergerak di garis medan magnet, seperti di Bumi, atom dan molekul bermuatan positif menghujani daerah kutub Jupiter.

Adanya Aurora di Uranus belum dipahami dengan jelas, sehingga sebagian besar yang diketahui bersifat dugaan atau prediksi. Wibisono mengatakan diperlukan pengamatan lebih lanjut terhadap Uranus oleh Chandra dan teleskop sinar-X lainnya sebelum didapatkan jawaban yang pasti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement