REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pakar Hukum Islam Universitas Al Azhar Mesir, Syekh Dr Mabruk 'Athiyah, memberi ulasan tentang hubungan antara kucing hitam dan jin. Sebab mungkin di sebagian masyarakat, ada pandangan bahwa kucing hitam memiliki kaitan dengan jin.
Syekh Athiyah menjelaskan, Alquran telah menjelaskan bahwa jin dan manusia diciptakan untuk menyembah Allah SWT. Dia menjelaskan bahwa jin disebut jin karena tidak dapat dilihat. Begitu pun dengan janin dalam rahim ibu, yang juga tidak bisa dilihat dengan mata. Bahkan ibunya pun tidak bisa melihatnya.
Kata 'jin' dan 'junuun' (kegilaan) berasal dari substansi yang sama, yang memiliki arti 'tidak melihat'. Junuun berarti sesuatu yang tidak dapat dilihat akal pikiran. "Setiap zat di dalam jin itu tidak dapat dilihat, termasuk juga janin," kata Syekh Athiyah menjelaskan. Hal itu sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al A'raf ayat 27:
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ "...Sesungguhnya dia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka..." (QS Al A'raf: 27)
Syekh Athiyah menyampaikan para ulama sepakat bahwa setan dan bala tentaranya hanya memiliki keraguan dan bisikan untuk manusia.
Dengan dasar ini, Syekh Athiyah meyakini tak ada pernikahan jin dan manusia. “Manusia disandera mitos,” kata dia. Syekh menjelaskan, jin jika menjelma menjadi manusia, maka berlaku hukum objek yang dia jadikan sebagai jelmaan.
Maknanya, dia mudah dibunuh, sebagaimana kucing juga mudah dibunuh. Dia akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak berubah wujud, karena permintaan pertamanya kepada Allah SWT adalah terus menggoda manusia sampai Hari Akhir, hari ketika manusia dibangkitkan. Hal ini sebagaimana surat Al Hijr ayat 36:
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ "Iblis berkata, "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka perlihatkanku sampai hari (manusia) dibangkitkan." Karena itulah, jin akan menghindarkan dirinya dari kebinasaan yang cepat.
Sumber: masrawy