REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan narapidana teroris, Haris Amir Falah, mengatakan, paham radikalisme masih sangat masif menyebar di masyarakat. Menurutnya, hal ini dapat terbukti dengan adanya aksi-aksi teror di Tanah Air belum lama ini, seperti yang terjadi di Mabes Polri dan bom di Gereja Katedral Makassar.
"Kalau saya ingin katakan bahwa paham radikalisme itu masih sangat masif menyebar di masyarakat," ujar Haris dalam diskusi daring bertajuk Bersatu Melawan Teror, Sabtu (3/4).
Ia menuturkan, radikalisme dan aksi teror bukan bagian dari ajaran agama manapun, termasuk Islam. Dengan demikian, ia meminta setiap pihak sepakat untuk memberantasnya, karena melawan terorisme dan radikalisme, bukan melawan agama.
Menurut Haris, aksi teror selalu menciptakan momentum atau menemukan momentum, ataupun keduanya. Namun, kata dia, untuk menciptakan momentum itu mahal, sehingga mereka lebih memilih menemukan momentum.
Dalam kaca mata orang radikal, mereka menggunakan momentum ketika mereka menganggap terjadi ketidakadilan. Haris melanjutkan, pandemi Covid-19 pun turut dimanfaatkan karena rasa kemanusiaan dalam diri para teroris sudah mati.
Ia pun menduga, pelaku aksi teror di Gereja Katedral Makassar merupakan sel lama dari kelompok Jamaah Ansharud Daulah (JAD). Menurutnya, jaringan tersebut rutin mengadakan kajian di dua tempat di Makassar untuk melakukan pembinaan.
"Ini sel lama. Orang-orang yang rutin mengadakan kajian di Makassar. Ada dua tempat yang rutin dijadikan oleh mereka untuk melakukan pembinaan dan pada saat yang tepat melakukan aksi," kata Haris.
Ia menyebut, sasaran jaringan tersebut bahkan hingga ke seluruh wilayah Indonesia, karena meski terlihat terputus, akarnya tetap menyatu. Untuk itu, ia meminta semua pihak masif melawan. "Mestinya kita juga harus masif melawan itu," tutur dia.