Sabtu 03 Apr 2021 17:54 WIB

Tujuh Warga Inggris Meninggal Usai Divaksin AstraZeneca

Inggris hanya temukan efek samping serius dari vaksinasi AstraZeneca.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Indira Rezkisari
Staf medis menyiapkan jarum suntik dari vial vaksin virus corona AstraZeneca.
Foto: AP/Matthias Schrader
Staf medis menyiapkan jarum suntik dari vial vaksin virus corona AstraZeneca.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris menemukan 30 kasus pembekuan darah pada warganya seusai menerima vaksin AstraZeneca. Sebanyak tujuh di antara mereka meninggal.

"Dari 30 laporan hingga dan termasuk 24 Maret, sayangnya tujuh telah meninggal," kata Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) dalam sebuah pernyataan, dikutip laman France24, Sabtu (3/4).

Baca Juga

Kendati demikian, MHRA menekankan manfaat vaksin lebih besar dibandingkan risikonya. "Risiko memiliki jenis pembekuan darah khusus ini sangat kecil," katanya.

Efek samping semacam itu pun belum ditemukan pada vaksin Pfizer-BioNTech. "Jumlah dan sifat dugaan reaksi merugikan yang dilaporkan sejauh ini tidak biasa dibandingkan dengan jenis lain dari vaksin yang digunakan secara rutin," kata MHRA.

Sejumlah negara di dunia, termasuk Eropa, telah menangguhkan dan membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca. Hal itu menyusul ditemukannya kasus pembekuan darah pada sekelompok orang yang menerima vaksin tersebut.

Awal pekan ini Pemerintah Jerman sepakat membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca. Vaksin tersebut hanya akan digunakan untuk warga berusia 60 tahun atau lebih.

Kasus pembekuan darah yang ditemukan pada beberapa orang menjadi faktor pertimbangan utama keputusan tersebut. “Singkatnya, ini tentang menimbang risiko efek samping yang secara statistik kecil, tapi perlu ditanggapi dengan serius,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada awak media di Berlin pada Selasa (30/3).

Belanda juga menangguhkan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca untuk warga berusia di bawah 60 tahun pada Jumat (2/4). Kementerian Kesehatan Belanda mengungkapkan hal itu dilakukan setelah pihaknya menerima laporan terbaru dari badan pemantauan obat Lareb. Mereka pun berdiskusi dengan otoritas kesehatan.

Keputusan tersebut menyebabkan pembatalan jadwal vaksinasi bagi 10 ribu warga di sana. AstraZeneca mengatakan sedang bekerja dengan otoritas Belanda untuk menjawab pertanyaan apa pun yang mereka ingin ajukan.

"Pihak berwenang di Inggris, Uni Eropa, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyimpulkan bahwa manfaat penggunaan vaksin kami untuk melindungi orang dari virus mematikan ini secara signifikan lebih besar daripada risiko di semua kelompok usia dewasa," kata AstraZeneca dalam sebuah pernyataan.

Badan pemantauan obat Belanda, Lareb, sebelumnya menerima lima laporan kasus trombosis ekstensif dengan jumlah trombosit yang rendah. Hal itu terjadi sepekan hingga 10 hari setelah individu-individu terkait menerima vaksin AstraZeneca. Salah satu di antaranya kemudian meninggal, dilansir dari Reuters.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement