Sabtu 03 Apr 2021 18:26 WIB

Ini Empat Pesan Ketum Muhammadiyah ke AHY

Pancasila sebagai political behavior harus menjadi pola perilaku politik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan keterangan kepada wartawan saat berkunjung di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Sabtu (3/4/2021). Pertemuan tertutup AHY dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir tersebut membahas sejumlah permasalahan seperti kerukunan umat beragama dan penerapan Pancasila sebagai landasan bangsa.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan keterangan kepada wartawan saat berkunjung di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Sabtu (3/4/2021). Pertemuan tertutup AHY dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir tersebut membahas sejumlah permasalahan seperti kerukunan umat beragama dan penerapan Pancasila sebagai landasan bangsa.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menerima silaturahim Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. Pertemuan disebut ajang diskusi kebangsaan dan kenegaraan yang sudah lama diagendakan.

Pada kesempatan itu, Haedar berpesan tentang kondisi bangsa ini. Yang mana, kehidupan kebangsaan masih dalam koridor demokrasi dan konstitusi, tapi di lain sisi juga menghadapi sejumlah masalah dalam kehidupan berdemokrasi.

Baca Juga

Ada politik yang transaksional, politik yang cenderung oligarki, politik yang sampai batas tertentu oportunistik dan nir-etika. Kedua, dia menegaskan, semua pihak harus berdiri tegak di atas konstitusi, termasuk dalam arena politik.

Haedar menekankan, Indonesia tetap eksis karena memiliki konstitusi kuat seperti pembukaan UUD 45 dan bermacam UUD. Jika ada defiasi terhadap konstitusi dan perundang-undangan, biasanya timbul masalah dalam kehidupan kebangsaan kita.

Apalagi, konstitusi yang berkaitan dengan cita-cita luhur bangsa yang berkaitan sebagai negara merdeka bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Yang mana, itu jadi cita-cita kehidupan bangsa kita oleh para pendiri negeri.

Haedar mengingatkan, pentingnya Pancasila sebagai rujukan bangsa, termasuk dalam berpolitik. Kepada Partai Demokrat dan elit politik, dia berpesan, jangan sampai Pancasila hanya berhenti di lisan, tulisan dan retorika.

"Pancasila sebagai political behavior harus menjadi pola perilaku politik," kata Haedar, Sabtu (3/4).

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement