REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pakar mengatakan China dan negara-negara tetangganya perlu menindak tegas perdagangan satwa liar. Selain itu, negara tersebut juga dinilai perlu menutup celah hukum yang memungkinkan pembudidayaan spesies rawan penyakit. Hal ini disampaikan setelah tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kemungkinan besar Covid-19 berasal dari hewan.
Penelitian yang dipimpin WHO itu mengatakan SARS-CoV-2 yang mewabah di seluruh dunia ditularkan dari kelelawar lalu ke hewan perantara lalu ke manusia. Peternakan satwa liar memiliki peran besar dalam penularan tersebut. Pakar penyakit dari hewan, Tong Yigang mengatakan temuan ini menjadi faktor keputusan China melarang perdagangan satwa liar untuk dikonsumsi manusia.
Namun dalam laporan itu WHO juga menyoroti China masih mengizinkan peternakan sawat liar untuk industri obat-obatan trandisional dan bulu. Dengan begitu, risiko penularan penyakit dari hewan tetap tinggi.
"Dengan peternakan hewan yang genetikanya kurang lebih homogen, virus dapat berkembang dengan cepat," kata kepala dokter hewan Wildlife Preservation Society, Christian Walzer, Jumat (2/4).