SUARA MUHAMMADIYAH -- Oleh Deri Adlis*
Selang tiga minggu setiba Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin dari Hudaibiyah, dan kejadian-kejadian sesudah perjanjian damai antara Nabi saw dengan kaum Quraisy itu bermunculan, maka ketika itu perasaan tidak puas dalam hati sanubari kaum muslimin terhadap peristiwa perjanjian damai itu masih bergelora.
Tiba-tiba muncul di dalam hati sanubari kaum muslimin semangat baru yang menggerakkan mereka untuk melanjutkan cita-cita mengejar kemuliaan dan kemenangan kaum muslimin. Karena pedanjian perdamaian yang telah dilakukan oleh Nabi saw. dengan kaum Quraisy ifir, menurut sebagian kaum muslimin, tidak sesuai dengan kemuliaannya yang sudah dapat dicapai di masa itu.
Mengapa kaum muslimin suka berdamai dengan kaum musyrikin? itulah pertanyaan yang memberikan semangatyang selalu menggelora di dalam dadakaum muslimin.
Ketika kaum muslimin tengah berjalan kembali dari Hudaibiyah, wahyu Allah telah diturunkan kepada Nabi saw. Beliaupun langsung membacakannya kepada kaum muslimiin dan mereka pun mendengarkannya dengan saksama.
Semangat yang bergelora di dada kaum muslimiin semakin bernyala-nyala dengan sedemikian hebatnya. Melihat kondisi itu mendapat perhatian dari Nabi saw. Kemudian terpikirlah oleh Nabi saw. apa yang harus diperbuat atau dilakukan guna menguatkan ketabahan dan keteguhan hati dan semangat yang bergelora dari para sahabat dan kaum muslimiin, dan jalan manakah yang harus ditempuh untuk menyebarluaskan Islam di muka bumi ini.
Sudah saatnya Islam menyeru kepada segenap umat manusia dari segala bangsa. Untuk itu, beliau mengirimkan surat-surat dakwah kepada para raja (atau wakilnya) di sekitarTanah Arab dan yang ada di sekeliling Negeri Hijaz termasuk kepada Kaisar Heraklius.
Karena itu, Nabi saw. mengumpulkan para sahabat guna menjalankan misi tersebut dakwah tersebut. Sebab misi Rasulullah itu tidak akan berjalan jika ada sahabat yang enggan dan tidak mau membawa surat-surat dakwah Rasulullah.
Rasulullah SAW bersabdah; Hai manusia! Sesungguhnya aku ini diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh manusia, maka janganlah kamu menentangku sebagaimana kaum Hawari menentang Isa bin Maryam.” Para sahabat Nabi dan kaum Muslimin mendegar dengan seksama sabdah tersebut, kemudian bertanya ; “bagaimana kaum Hawari menentang (Isa bin Maryam), ya Rasulullah? Rasulullah bersabda ; “la (lsa) memanggil mereka (Hawari) seperti aku memanqgilmu orang yang diutusnya ketempat yang dekat, rela dan menerimo; don orang yang diutus alehnya ke tempat yang jauh, tidak senang air mukanya dan merasa keberatan.”
Maka Rasulullah menjelaskan kepada sahabat dan kaum muslimiin bahwa beliau hendak mengutus mereka untuk membawa surat-surat kepada Raja dan penguasa di muka bumi ini, termasuk Kaisar Heraklius. Kaisar Heraklius merupakan kaisar dari Dinasti Romawi Timur atau Kaisar Bizantium.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam dalam buku Kelengkapan Tharik Rasulullah diriwayatkan oleh Abu Hatim bin Hibban dalam Sahih lbnu Hibban, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mau pergi mengantarkan suratku ini kepada Kaisa, ia dijanjikan masuk surga.” Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana kalau ia tidak mau menerimanya?” Beliau bersabda, “Meskipun ia tidak mau menerimanya.”
Maka Rasulullah SAW menunjuk Dihyat bin Khalifah AI-Kalbi untuk membawa surat beliau kepada kaisar Heraklius. Isi surat tersebut berbunyi sebagai berikut :
"Bismillahir-Rahmanir-Rahim. Dari Muhammad utusan Allah ditujukan kepada Hiraklius penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu menimpa kepada orang -orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba’du….
Sesungguhnya aku menjagak engkau kepada seruan Islam. Masuk Islamlah, pasti engkau akan selamat dan Allah akan memberimu pahala dua kali lipat. Jika engkau berpaling, maka engkau memikul dosa rakyatmu.
Hai ahli kitab, marilah berpegang pada suatu kalimat (ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukannya dengan sesuatupun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka, “saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah. (HR. Bukhari dan Muslim).
Surat tersebut sampai ketangan Heraklius dari Dihyat bin Khalifah AI-Kalbi ketika dia berada di Iliya (Baitul Maqdis, Palestina) saat itu sang kaisar sedang menyempurnakan nazarnya.
*Deri Adlis, Mubaligh di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kepulauan Anambas