Ahad 04 Apr 2021 10:40 WIB

Polisi Didesak Cari Aktor Intelektual Teror Bom Katedral

IRC mengutuk keras pelaku penyerangan dan mereka yang berada di balik penyerangan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Joko Sadewo
Tim Inafis dari Mabes Polri melakukan olah TKP di area Gereja Katedral Makassar, di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia pada Senin, 29 Maret, 2021. Setidaknya 2 orang tewas dan 20 lainnya luka-luka dalam ledakan bom itu.
Foto: Anadolu Agency
Tim Inafis dari Mabes Polri melakukan olah TKP di area Gereja Katedral Makassar, di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia pada Senin, 29 Maret, 2021. Setidaknya 2 orang tewas dan 20 lainnya luka-luka dalam ledakan bom itu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inter Religious Council Indonesia (IRC) atau Dewan Lintas-agama mendesak aparat keamanan, khususnya kepolisian, untuk menemukan aktor intelektual di balik aksi teror yang belakangan terjadi. 

"IRC mengutuk keras pelaku penyerangan dan mereka yang berada di balik penyerangan. Siapapun pelakunya dan apapun motifnya, tidak bisa dibenarkan. Kami mendesak aparatur keamanan dan penegak hukum, khususnya aparatur kepolisian, untuk mengusut aktor intelektual di balik penyerangan tersebut," kata Pendiri IRC, Din Syamsuddin, dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (4/4). 

 

Masyarakat dan dunia tersentak oleh sebuah serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, belum lama ini. Serangan yang dilakukan oleh sepasang suami istri tersebut menimbulkan puluhan korban terluka dari jemaat gereja. 

 

Untuk itu, menurut dia, ketegasan aparatur keamanan dan penegak hukum merupakan jaminan terciptanya rasa aman serta memperkuat kerukunan dan kehidupan beragama yang damai. 

 

Terkait dengan serangan tersebut, kata dia, IRC mengelurkan beberapa pernyataan sikap. Pertama, IRC menyampaikan rasa berduka cita yang mendalam dan bersimpati kepada para korban yang terluka akibat bom tersebut, dan berdoa semoga mereka segera pulih kembali. 

 

Pihaknya juga menekankan mengutuk keras pelaku penyerangan dan mereka yang berada di balik penyerangan. Siapapun pelaku dan apapun motifnya, kata dia, penyerangan dan tindakan kekerasan kepada mereka yang tidak bersalah, apalagi sedang beribadah, merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran luhur semua agama serta nilai-nilai kemanusiaan universal. 

 

Agama mengajarkan dan membimbing manusia agar saling mengasihi dan memuliakan sesama manusia apapun agama, suku, bangsa, dan negara. Dari sudut hukum di Indonesia, penyerangan dan kekerasan diniai bertentangan dengan Pancasila dan hukum. 

 

Pihaknya juga mengajak semua kalangan, khususnya umat beragama baik tokoh maupun pengikutnya, untuk saling bekerja sama, memperkuat kerukunan dan persatuan demi terciptanya kehidupan sosial, berbangsa, dan bernegara yang sejahtera, aman dan damai. Semua pihak pun diharapkan tidak saling menyalahkan dan berspekulasi negatif baik di media massa maupun di media sosial yang justru memperkeruh suasana dan merusak kerukunan intern dan antar umat beragama yang selama ini sudah terbina dengan sangat baik. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement