REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Desa Nele Lamadike, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) Pius Pedang Melai menyatakan bahwa proses pencarian terhadap para korban yang hilang diterjang banjir dan tanah longsor di wilayahnya mengalami sejumlah kendala. Salah satunya tidak tersedianya alat berat.
"Kami hanya bisa mencari korban yang belum ditemukan di sekitar lokasi kejadian yang kemungkinan terapung, tetapi tidak bisa melakukan penggalian secara manual karena area dipenuhi lumpur," katanya saat dihubungi Antara dari Kupang, Ahad, untuk mengonfirmasi perkembangan proses pencarian terhadap warga yang masih hilang akibat terjangan banjir dan longsor ke kawasan pemukiman di desa itu.
Menurut dia, selain alat berat, cuaca ekstrem yang masih melanda wilayah itu juga ikut menghambat proses pencarian para korban.
Mengenai jumlah korban, dia mengatakan, saat ini masih dilakukan pendataan untuk memastikan jumlah warga yang belum ditemukan.
"Tetapi jumlah yang belum ditemukan mencapai puluhan orang, karena ada puluhan rumah warga yang terkena longsoran," demikian Pius Pedang Melai.
Banjir dan longsor dilaporkan terjadi di Desa Nele Lamadike, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pada Ahad, (4/4) sekitar pukul 02.00 WITA dini hari. Laporan sementara sebelumnya menyebut korban jiwa ditemukan dalam peristiwa tersebut berjumlah 10 orang. Ratusan lain belum ditemukan.