REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Parade akbar membawa 22 mumi kerajaan Mesir kuno dalam kapsul khusus di ibu kota Kairo ke rumah museum baru pada Sabtu (3/4). Konvoi tersebut mengangkut 18 raja dan empat ratu sebagian besar dari Kerajaan Baru.
Arak-arakan tersebut dilakukan dari Museum Mesir di Lapangan Tahrir Kairo tengah ke Museum Nasional Peradaban Mesir di Fustat, sekitar 5 km ke tenggara. Pihak berwenang pun menutup jalan di sepanjang Sungai Nil untuk upacara rumit ini.
Konvoi yang dilakukan secara besar-besar ini dirancang untuk membangkitkan minat pada koleksi barang antik Mesir yang kaya. Pariwisata hampir seluruhnya telah terhenti karena pembatasan terkait Covid-19, sehingga wisatawan yang sebelumnya memadati museum seketika menjadi sepi.
Saat mumi kerajaan tiba di museum yang resmi diresmikan pada Sabtu, terdengar meriam menembakkan 21 senjata penghormatan. Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, pun berdiri saat mumi melewati kendaraan yang dihiasi motif emas firaun. Kepala Badan Kebudayaan PBB UNESCO dan Organisasi Pariwisata Dunia juga hadir dalam upacara tersebut.
Arkeolog Mesir, Zahi Hawass, mengatakan setiap mumi telah ditempatkan dalam kapsul khusus yang diisi dengan nitrogen untuk memastikan perlindungan. Mereka diangkut dengan kendaraan yang dirancang untuk menggendongnya dan memberikan stabilitas.
"Kami memilih Museum Peradaban karena kami ingin, untuk pertama kalinya, menampilkan mumi secara beradab, berpendidikan, dan bukan untuk hiburan seperti di Museum Mesir,” kata Hawass, dilansir dari reuters, Ahad (4/4).
Para arkeolog menemukan mumi dalam dua kelompok di kompleks kuil kamar mayat Deir Al Bahari di Luxor dan di Lembah Para Raja di dekatnya dari 1871. Mumi tertua adalah Seqenenre Tao, raja terakhir dari Dinasti ke-17, yang memerintah pada abad ke-16 SM dan diperkirakan mengalami kematian yang kejam.
Pawai juga menampilkan mumi Ramses II, Seti I, dan Ahmose-Nefertari. Fustat yang merupakan rumah dari museum baru adalah situs ibu kota Mesir di bawah Dinasti Umayyah setelah penaklukan Arab.
"Dengan melakukannya seperti ini, dengan kemegahan dan keadaan yang luar biasa, mumi mendapatkan haknya. Ini adalah raja-raja Mesir, ini adalah para fir'aun. Jadi, ini adalah cara untuk menunjukkan rasa hormat," kata Egyptologist di American University di Kairo, Salima Ikram.