LEMBANG, AYOBANDUNG.COM -- Sebelum dikenal sebagai kawasan wisata, Lembang ternyata sudah memiliki kuliner khas, yakni nasi timbel. Sejak 2009, warung nasi timbel di sekitaran Jalan Punclut atau biasa disebut Pasar Minggu Sesko AU ini menjadi primadona warga lokal maupun wisatawan di akhir pekan.
Salah satu pemilik warung nasi timbel di Jalan Punclut, Tarminah menuturkan, warungnya hanya dibuka pada Sabtu dan Minggu.
“Hari Sabtu buka dari subuh (sekitar pukul 05.00 WIB) sampai pukul 10 malam bisa juga lebih kalau ramai. Kalau Minggu dari subuh juga, cuma kita tutup siang sekitar pukul 14.00 WIB apalagi kalau sudah sepi pukul 10.00 WIB juga sudah tutup,” tuturnya kepada Ayobandung.com, Minggu 4 April 2021.
Tentunya, tempat ini menjadi primadona untuk kumpul bersama keluarga di akhir pekan. Dengan merogoh kocek sekitar Rp25.000-Rp30.000, pengunjung bisa mendapatkan paket lengkap per porsinya.
“Di sini kalau paket ada 2, yang pertama Rp25.000 nasinya mau putih atau merah, ayam goreng atau bakar, tempe, tahu, lalapan, sambal, dan minumnya teh tawar. Kalau mau teh manis tinggal tambah Rp5.000,” ungkapnya.
Sedangkan, untuk menu non-paket ada banyak pilihan sesuai selera. Dengan merogoh kocek dari Rp2.000-Rp50.000, pengunjung bebas memilih menu lain seperti ikan nila, ikan gurame, kulit, usus, ati ampela ayam, telur puyuh, pepes jambal roti, pepes peda, pepes jamur, pepes tahu, pepes ikan mas, buntil, pete, dan jengkol.
“Bebas mau gimana cara pengolahannya dan tambah nasi mau merah atau putih sama saja harganya Rp5.000 saja,” tutur Tarminah.
Selain itu, terdapat minuman hasil alam dan olahan warga sekitar Lembang yaitu es jeruk peras, es teh lemon, dan teh manis dari harga Rp5.000 sampai Rp8.000 saja.
Tarminah menjelaskan, para penjual di pasar minggu ini berasal dari Desa Pagermaneuh, Lembang, yang rata-rata bekerja harian sebagai petani.
“Penjual atau yang bantu sebagai pegawai di sini orang Pagermaneuh yang bermukim dekat objek wisata Lereng Anteng,” jelasnya.
Namun, saat ini dari total 10 warung makan, ada 7 warung yang gulung tikar akibat pandemi Covid-19. Penjual yang masih bertahan pu mengurangi jumlah pegawainya.
“Wilayah Sesko AU juga ditutup kalau hari Minggu, jadi berkurang penjualnya. Sekarang juga, saya mengurangi yang bekerja dari 5 orang jadi 2 orang,” ungkap Tarminah.
Omzet penjualan pun, kata dia, mengalami penurunan lebih dari 50% dari hari biasanya.
“Dulu setiap 2 harinya bisa dapat sisa bersih sudah sama upah yang kerja sekitar Rp2.000.000, sekarang bersih Rp1.000.000 juga sudah lumayan,” ucapnya.
Sebelum pandemi Covid-19 menggerogoti penjual, setiap akhir pekan pengunjung yang berasal dari luar kota selalu mengantre menunggu giliran untuk makan. Namun, saat ini sangat berbanding terbalik dari biasanya.
“Banyak dari luar (kota), tetapi yang sering berlangganan di sini rata-rata dari Jakarta. Sekarang ada juga tapi berkurang jumlahnya. Ya paling dari orang Lembang maupun sekitar Bandung (sekarang),” katanya. (Taupik Saepuloh)