REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Indonesia menjalin kerja sama pengadaan vaksin Covid-19 dengan China. Keseriusan Indonesia untuk menjalin kerja sama ditandai dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersama Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri BUMN Erick Thohir pada 1-3 April.
Indonesia juga membangun potensi pengembangan kerja sama vaksin Covid-19 dengan perusahaan vaksin China. Kerja sama ini diharapkan dapat membantu Indonesia dalam penyediaan vaksin secara mandiri. Selain itu, kerja sama tersebut juga mendukung Indonesia menjadi regional hub untuk produksi vaksin di kawasan.
Retno meminta perusahaan vaksin yang telah menandatangani komitmen dengan Indonesia, segera memenuhi jadwal penyediaan vaksin sesuai kesepakatan. Indonesia memiliki kebutuhan vaksin yang sangat mendesak agar program vaksinasi berjalan lancar dan sesuai target.
Selama di Beijing para menteri telah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Wang Yi dan pimpinan Provinsi Fujian. Selain itu, para menteri juga melakukan pertemuan secara terpisah dengan masing-masing pimpinan kementerian di China.
Dalam kesempatan tersebut, Retno menyampaikan apresiasi atas bantuan pemerintah China dalam pemulangan ABK Indonesia. Pemerintah China diharapkan dapat selalu memfasilitasi penyelesaian isu ABK Indonesia. Retno mengusulkan pembentukan kerja sama bilateral yang khusus mengatur penempatan seluruh ABK Indonesia.
Selain itu, Retno mengharapkan dukungan pemerintah China untuk dapat memfasilitasi kembalinya para pelajar Indonesia ke tempat studi masing-masing di China. Karena perkuliahan dan sekolah di China telah kembali normal sejak akhir 2020.
Sementara, Erick mengoptimalkan kunjungan ke China untuk bertemu dengan perusahaan industri baterai listrik CBL maupun perusahaan pembangun kilang smelter grade alumina (SGA) Chalieco. Kedua perudahaan tersebut telah memiliki investasi di Indonesia dan berminat untuk memperluas investasinya ke kota-kota lain di Indonesia.
CBL merupakan platform perusahaan CATL (Contemporary Amperex Technology Co Ltd) yang berencana untuk mengembangkan rantai industri baterai di Indonesia mulai dari pengolahan bahan baku nikel, pembangunan charging station sampai dengan manufaktur kendaraan listrik. Selain itu Erick juga telah bertemu dengan Vice Chairman State-Owned Assets Supervision and Administration Commission (SASAC) Cina, untuk membahas kerja sama antara BUMN kedua negara. Kerja sama tersebut antara lain melalui pembentukan platform kerja sama konkrit dan saling menguntungkan bagi BUMN kedua negara. SASAC juga akan memfasilitasi BUMN Indonesia untuk mencarikan mitra lokal di China yang berminat untuk berinvestasi di Indonesia.
Sedangkan Lutfi bertemu dengan berbagai perusahaan Cina yang bergerak di produk pertanian dan furnitur. Berdasarkan pertemuan tersebut telah dihasilkan komitmen impor dari Indonesia sebesar 1,38 miliar dolar AS atau Rp 20,04 triliun. Realisasi komitmen tersebut diharapkan dapat berkontribusi signifikan untuk lebih memperbaiki neraca dagang Indonesia dan China.
Dari kunjungan itu, Indonesia juga telah menerima rencana investasi Shandong Timber and Wood Association sebesar 1,35 miliar dolar AS atau Rp 19,6 triliun di kawasan industri di Indonesia. Dubes Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun mengatakan bahwa seluruh kesepakatan dan komitmen yang telah dicapai akan segera ditindaklanjuti.
“Sebagai mitra dagang dan investor utama bagi Indonesia, realisasi peningkatan kerja sama dengan China akan berkontribusi penting dalam pemulihan ekonomi di Indonesia,” ujar Djauhari.