REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengatakan Indonesia memiliki peluang menjadi pusat vaksin Covid-19 di Asia Tenggara. IDI percaya dengan kemampuan Bio Farma yang berpengalaman mengekspor vaksin seperti meningitis, hepatitis, dan flu ke negara lain.
“Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Penghasil Vaksin Bio Farma kini menjadi eksportir dan telah memenuhi kebutuhan negara-negara OKI, jadi (Indonesia) berpotensial," ujar Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Halik Malik saat dihubungi Republika, Ahad (4/4).
Selain itu, ia mengatakan, belum ada BUMN penghasil vaksin di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand yang memiliki kemampuan setara Indonesia. Apalagi, salah satu visi jangka panjang pembangunan nasional yang pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo adalah kemandirian vaksin.
"Itu berpotensial lah, tinggal diperbesar skalanya dan diperbesar kapasitasnya," katanya.
Untuk mewujudkannya, Indonesia diharapkan memperbesar kapasitas dan meningkatkan jejaring kerja sama dengan pihak terkait supaya akhirnya bisa memenuhi standar organisasi kesehatan dunia PBB (WHO). "Kalau mau menjadi pemain global vaksin Covid-19 harus memenuhi standar WHO. Jadi, kalau Indonesia ingin menjadi pusat vaksin Covid-19 maka harus memenuhi standar internasional WHO," ujarnya.
Terkait peningkatan jaring kerja sama, ia meminta Bio Farma bekerja sama dengan penghasil vaksin Covid-19 dari negara lain seperti Sinovac. Sejauh ini, vaksin Covid-19 yang ada dalam daftar WHO adalah Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca.
Sedangkan Sinovac, Novavax, Sinopharm masih berproses untuk mendapatkan persetujuan WHO, tidak terkecuali Vaksin buatan dalam negeri Merah Putih. Namun, negara-negara memberikan izin edar vaksin ini karena kewenangan mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) ada di tangan negara setempat.
Sebelumnya Indonesia mengusulkan untuk menjadi hub atau pusat vaksin Covid-19 di Asia Tenggara dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di WuYi, Provinsi Fujian. Usulan itu disampaikan dalam konteks kerja sama jangka panjang.
"Ide ini masih di tahap awal, namun yang kami usulkan antara lain kerja sama penguatan riset pengembangan vaksin, pengembangan industri bahan baku, dan peningkatan kapasitas produksi vaksin nasional," kata Retno dalam konferensi pers yang digelar dari China pada Jumat (2/4), seperti dikutip dari Antara.