REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia telah mengusulkan akan menjadi hub atau pusat vaksin di Asia Tenggara, dalam konteks kerja sama vaksin jangka panjang. Hal ini dinyatakan dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Wuyi, Provinsi Fujian.
Menyikapi rencana tersebut, Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih mempertanyakan vaksin Merah Putih yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. "Di tengah minimnya sumber daya penghasil vaksin saat ini (produsen terbatas, sementara demand tinggi), kenapa tidak bisa RI mengambil peluang. Apa kabarnya vaksin Merah Putih yg dijadikan program andalan Presiden Jokowi?," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (4/4).
Menurutnya, selama ini Indonesia hanya menjadi bangsa konsumen. Padahal negara ini memiliki banyak produsen vaksin seperti Biofarma, Kimia Farma, Eijkman, dan kampus farmasi."Harusnya punya potensi sebagai produsen/eksportir vaksin, bukan sebaliknya," ucapnya.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, ide tersebut menjadi bagian dari kerja sama vaksin yang dibahas dengan Menlu Wang Yi dalam kunjungannya ke China, keduanya membahas penguatan dalam kemitraan vaksin baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
“Ide ini masih di tahap awal, namun yang kita usulkan antara lain kerja sama penguatan riset pengembangan vaksin, pengembangan industri bahan baku, dan peningkatan kapasitas produksi vaksin nasional,” kata Menlu dalam konferensi pers yang digelar dari China pada Jumat petang waktu Jakarta.
Adapun dalam konteks jangka pendek, Indonesia menyatakan harapan agar Pemerintah China terus memberikan dukungan agar pengiriman vaksin yang telah menjadi komitmen yang mengikat atau binding commitment dapat dilakukan sesuai jadwal yang ada.
“Isu penguatan kerja sama vaksin ini juga kita bahas langsung dengan para produsen vaksin di China,” kata Retno.