Senin 05 Apr 2021 15:19 WIB

Bocah Indramayu Ikut Menerjang Badai demi Ekonomi Keluarga

Beberapa ABK KM Barokah Jaya yang terbalik di perairan Indramayu adalah anak-anak.

Sejumlah ABK KM Barokah Jaya yang selamat tiba di pelabuhan ikan Eretan wetan, Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Ahad (4/4/2021) malam. Sebanyak 15 ABK yang selamat dan dua orang meninggal dunia berhasil dievakuasi tim SAR gabugan, sementara 15 orang lainnya masih belum ditemukan.
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Sejumlah ABK KM Barokah Jaya yang selamat tiba di pelabuhan ikan Eretan wetan, Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Ahad (4/4/2021) malam. Sebanyak 15 ABK yang selamat dan dua orang meninggal dunia berhasil dievakuasi tim SAR gabugan, sementara 15 orang lainnya masih belum ditemukan.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lilis Sri Handayani

Nurwaeni (40) nampak gelisah. Beberapa kali dia memperbaiki posisi duduknya. Matanya terlihat sembab, sisa tangis semalaman. Kapal yang ditumpangi anaknya, Eriyanto (16), mengalami kecelakaan di perairan utara Indramayu, Sabtu (3/4) sekitar pukul 16.45 WIB.

Baca Juga

Kapal yang ditumpangi Eriyanto, KM Barokah Jaya, dilaporkan menabrak kapal kargo MV Habco Pioneer. Kapal nelayan berbobot 29 GT itupun terbalik. Sebanyak 15 orang anak buah kapal (ABK) dinyatakan selamat dan dua ditemukan meninggal dunia. Sedangkan 15 ABK lainnya hingga Senin (5/4) pagi masih dinyatakan hilang. Seluruh korban berasal dari KM Barokah Jaya.

Saat pertama mendengar kabar itu, Nurwaeni merasakan tubuhnya lunglai tak bertulang. Dadanya sesak, air matanya bercucuran. Dia tak menduga anaknya akan mengalami musibah saat melaut.

Nurwaeni masih teringat saat Eriyanto pamit untuk pergi melaut demi membantu ekonomi keluarga. Ini adalah perjalanan melaut kedua yang diikuti anaknya. Beberapa waktu yang lalu, anaknya sudah pernah melaut.

"Waktu itu dia dapat uang Rp 200 ribu. Uangnya dikasihkan semua ke saya. Katanya untuk ibu saja,’’ tutur Nurwaeni, saat ditemui di tempat pelelangan ikan (TPI) Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Ahad (4/4).

Wasito (45), suami dari Nurwaeni, menambahkan, di kalangan nelayan, anak-anak mereka memang biasa ikut melaut. Begitu pula dengan Eriyanto anaknya. Apalagi, saat ini pembelajaran sekolah dilakukan secara daring.

Saat perjalanan melaut yang pertama, Eriyanto ikut melaut bersama Wasito, yang juga menjadi anak buah kapal (ABK). Eriyanto pun sedianya akan kembali melaut bersama Wasito pada pelayarannya yang kedua ini.

Namun, sesampainya ayah dan anak itu Pelabuhan Eretan dan kapal siap berangkat, Jumat (2/4), Eriyanto tiba-tiba meminta ayahnya untuk kembali pulang.

"Bapak pulang saja, kasihan ibu lagi sakit" tutur Wasito, menirukan ucapan Eriyanto.

Nurwaeni dan Wasito tak menduga kapal yang ditumpangi anaknya akan mengalami musibah. Meski sempat khawatir, namun mereka akhirnya merasa lega setelah mengetahui Eriyanto masuk ke dalam daftar ABK yang selamat.

Pasutri itu sudah mendatangi TPI Eretan sejak Ahad (4/4) pagi untuk menanti kedatangan anaknya. Kapal yang membawa 15 korban selamat dan dua korban meninggal akhirnya tiba di Pelabuhan Eretan pada Ahad (4/4) pukul 18.40 WIB.

Selain Eriyanto, sejumlah korban selamat lainnya juga berusia di bawah umur. Mereka adalah Amran (15), Onyun (14), Hanip (14), Renal (13), Reyhan (16), Feri (18) dan Onyun/Radi (14).

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu, Dedi Aryanto, mengungkapkan, anak-anak nelayan di Kabupaten Indramayu memang sudah terbiasa melaut. Alasannya, untuk membantu ekonomi keluarga dan mencari pengalaman seperti orang tua mereka.

"Selain itu, mereka juga sambil mengisi kekosongan waktu karena di masa pandemi ini kan sekolah tidak ada tatap muka," kata Dedi kepada Republika, Senin (5/4).

Dedi mengatakan, anak-anak nelayan yang melaut itu sebagian ada yang masih sekolah. Meski adapula yang putus sekolah sehingga memilih bekerja membantu orang tua.

Selama di laut, lanjut Dedi, ABK anak-anak maupun yang sudah dewasa memperoleh perlakuan yang sama. Hak dan kewajiban mereka juga sama.

Dedi memerinci, hasil tangkapan melaut akan dibagi dua bagian, yakni untuk pemilik kapal dan kru kapal (nahkoda dan ABK). Selanjutnya, dari setengah bagian kru kapal itu, akan dibagi untuk nahkoda yang memperoleh dua bagian dan ABK yang memperoleh masing-masing satu bagian.

Dedi pun mengaku sangat prihatin dengan musibah yang dialami KM Barokah Jaya. Dia berharap, para korban yang masih hilang segera ditemukan. Sedangkan untuk korban selamat yang semula dibawa ke RS Bhayangkara Indramayu, saat ini sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

"Mereka masih syok,’’ tandas Dedi.

In Picture: Evakuasi ABK KM Barokah Jaya

photo
Petugas SAR gabungan membawa korban Anak Buah Kapal (ABK) KM Barokah Jaya yang tenggelam saat evakuasi di pelabuhan ikan Eretan wetan, Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Ahad (4/4/2021) malam. - (Antara/Dedhez Anggara)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement