Senin 05 Apr 2021 15:50 WIB

Pengamat: Moeldoko Sebaiknya Mendirikan Partai Baru

Sebaiknya KSP Moeldoko mendirikan partai baru. Itu akan lebih bijak dan kesatria.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala KSP Moeldoko menyampaikan pernyataan terkait penunjukkan dirinya sebagai ketua umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang.
Foto: Tangkapan Layar
Kepala KSP Moeldoko menyampaikan pernyataan terkait penunjukkan dirinya sebagai ketua umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat komunikasi politik Universitas Andalas Najmuddin Rasul menyarankan Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko supaya mendirikan partai baru untuk menjadi kendaraan politik menuju Pilpres 2024. Menurut Najmuddin, posisi Moeldoko yang masih kekeh mengklaim diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang sudah lemah karena penolakan pengesahan SK oleh Kementerian Hukum dan HAM.

“Sebaiknya KSP Moeldoko mendirikan partai baru. Itu akan lebih bijak dan kesatria,” kata Najmuddin, Senin (5/4).

Baca Juga

Najmuddin melihat langkah kubu Moeldoko yang meneruskan kisruh Demokrat sampai ke PTUN bukanlah langkah yang tepat. Secara psikologis politik, langkah ke PTUN hanya akan menambah beban politik mantan Panglima TNI tersebut. Terlebih bila nanti PTUN juga menolak gugatan mereka di persidangan. “Publik juga akan semakin tidak percaya kepada Partai Demokrat versi KLB,” ujar Najmuddin.

Najmuddin menilai Presiden Joko Widodo juga harus mengambil sikap terhadap penetrasi politik yang dilakukan Moeldoko. Karena status sebagai KSP mengidentikkan Moeldoko merupakan bagian dari pemerintahan Jokowi. Sehingga semakin jauh kekisruhan Demokrat yang digiring Moeldoko dan kawan-kawan akan mempertaruhkan kredibilitas pemerintahan Jokowi.

“Moeldoko sebaiknya mundur saja dari KSP bila berkeinginan maju di 2024,” kata Najmuddin menambahkan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement