REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Kabupaten Malaka, NTT, melaporkan bahwa saat ini sejumlah warga yang terisolasi akibat jembatan putus di Malaka terpaksa menyelamatkan diri di atap rumah dan loteng akibat banjir yang melanda daerah itu.
"Mereka itu terjebak di tiga kecamatan yakni di Malaka Barat, Malaka Tengah dan Kecamatan Waeliman. Warga ada yang masih menyelamatkan diri di atap rumah dan di loteng," kata Penjabat Bupati Malaka Viktor Manek saat dihubungi dari Kupang, Senin (5/4).
Ia mengatakan di Malaka Tengah, desa yang masih terisolasi yakni desa Keilor Bahak, di kecamatan Malaka Barat desa Motaairn, lalu satu desa di kecamatan Weliman desa Orek Wodok.
Di Kecamatan Weliman sendiri, ujar dia, air masih tinggi yakni maksimal mencapai 1 meter karena memang curah hujan juga masih sangat tinggi di kabupaten itu. Desa di Kecamatan Weliman itu juga ujar dia berada tepat di kali Benanain sehingga petugas evakuasi juga belum bisa turun ke lokasi untuk mengevakuasi warga tersebut.
"Tetapi mereka (tim TNI, Polri, dan SAR, red) tetap berusaha untuk menyelamatkan warga di tiga desa itu," ujar dia.
Saat ini jumlah korban meninggal akibat banjir bandang di Malaka sudah mencapai 4 orang. Satu orang dilaporkan meninggal akibat banjir, sementara tiga orang lagi meninggal akibat terbawa banjir dari gunung.
Hingga saat ini jumlah pengungsi akibat banjir bandang yang menerjang 23 desa di kabupaten itu mencapai 4 ribuan. "Mereka ditampung di SMP Sabar Subur Betun, SDK Betun, dan beberapa lokasi lainnya. Lokasinya bagus karena sudah disiapkan kasur, sanitasi yang bagus dan juga ada petugas kesehatan," tambah dia.