REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada hakikatnya, seluruh umat Islam diperintahkan untuk menaati perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Lantas sebenarnya, seperti apa makna ketaan dan kemaksiatan yang dilakukan manusia di mata Allah?
Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam menjelaskan, ketaan yang manusia lakukan kepada Allah SWT sesungguhnya tidak bermanfaat bagi Allah. Sebab, Allah adalah Zat Yang Mahakaya dan tidak membutuhkan alam semesta apalagi amal ibadah makhluk.
Ibnu Athaillah berkata: "Laa tanfa'uhu thaa'atuka wa laa tadhurruhu ma'shiyatika, wa innama amaraka bihadza wa nahaaka an hadza limaa ya'udu ilaika. Laa yazidu fii izzihi iqbaalun man aqbala alaihi wa laa yunqishu min qadarihi idbaarun man adbara anhu,".
Yang artinya: "Ketaatan yang engkau lakukan tidaklah bermanfaat untuk-Nya. Dan kemaksiatan yang engkau kerjakan tidaklah mendatangkan bahaya kepada-Nya. Allah memerintahkan dan melarang ini dan itu semata untuk kepentinganmu sendiri. Ketaatan maupun pembangkangan seseorang sama sekali tidaklah menambah atau mengurangi kemulian-Nya,".
Selayaknya dengan ketaan, dijelaskan, Allah SWT juga tidak membutuhkan kemaksiaatan makhluk-Nya sebab itu tidak mendatangkan bahaya apa-apa kepada Allah. Hanya saja, Allah Mahajauh dari perbuatan bahaya yang dilakukan makhluk-Nya.