REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial (Kemensos) melaporkan korban meninggal dunia akibat banjir bandang dan longsor yang terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 86 jiwa dan puluhan lainnya masih dalam pencaharian hingga Senin (5/4) malam Wita.
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengatakan, jumlah itu masih terus bergerak mengingat hingga saat ini tim gabungan baik BNPB, TNI, Polri, dan pemda masih melakukan upaya pencaharian. "Di Bima, NTB, ada dua orang meninggal dan kami telah memberibantuan sehingga total menjadi86 jiwa," ujar Risma dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin.
Menurut Risma, Kemensos bergerak cepat untuk menyalurkan segala kebutuhan bagi korban bencana banjir bandang dan longsor. Dapur umum juga akan segera dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di NTT dan NTB.
"Pada hari ini kita sudah mengirimkan bantuan makanan dan sarana-prasarana seperti tenda untuk kita arahkan ke Adonara, kedua ke Lembata, Bima, Alor. Besok kami akan mengirimkan bantuan tenda, kasur selimut ke Sumba Timur," ujar Risma.
Menurut dia, distribusi logistik memang belum merata seluruhnya sebab masih terkendala akses yang masih terputus serta kondisi cuaca. Selain logistik, pemerintah juga memberikan dana santunan bagi para korban.
"Kami juga akan ikut mendata kondisi rumah rusak akan diputuskan bersama, mana yang harus dibantu. Bantuan sedang meluncur, baik ke Lembata maupun ke Adonara, ke Bima sudah kami selesaikan," kata Risma.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Doni Monardo mengatakan, pihaknya mengirimkan tiga helikopter untuk mengevakuasi korban maupun distribusi logistik di wilayah yang terisolasi.
"Daerah terisolasi didukung dengan helikopter untuk memberikan bantuan untuk kebutuhan dasar. Sudah tiga unit yang akan digerakkan ke wilayah NTT, kalau kurang BNPB akan menyiapkan lagi termasuk dari mabes TNI dan Polri," kata Doni.