REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kesulitan akses air bersih adalah permasalahan dunia, termasuk juga di Indonesia. Walaupun Indonesia merupakan negara agraris, namun beberapa daerah di Indonesia masih kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan Forum air Dunia memprediksi krisis air bersih di Indonesia akan terasa di tahun 2025. Hal itu karena faktanya pertumbuhan penduduk berbanding terbalik dengan kemampuan tanah untuk menyediakan sumber air bersih bagi manusia.
Desa Bojongsari, Tasikmalaya, Jawa Barat adalah salah satu lokasi yang kesulitan akses air bersih. Masyarakat di sana bertahun-tahun berkegiatan MCK di sarana umum dan harus antre mulai jam 3.00 pagi. Seperti yang disampaikan oleh Ajengan Aan Hidayat, tokoh masyarakat setempat, “Masyarakat di sini harus datang ke MCK umum untuk kegiatan MCK, selain harus antrd berjam-jam untuk mendapatkan air. Masalah lainnya adalah aurat wanita Muslim yang harus dijaga, padahal ini adalah kegiatan MCK di tempat umum.”
Murid-murid SDN Munjul di desa Bojongsari bahkan harus membawa sebotol air bersih setiap hari sebagai syarat datang ke sekolah. Air itu untuk dimasukkan ke dalam toren SD yang nantinya digunakan oleh murid-murid untuk kegiatan MCK di sekolah.
Namun semua itu sudah berubah sejak adanya Wakaf Sarana Air Bersih yang digalang oleh BWA, lembaga wakaf dan kemanusiaan. Dengan memegang teguh “Inovasi Wakaf”, BWA mengajak para wakif untuk mewujudkan wakaf sarana air bersih untuk Desa Bojongsari.
Alhamdulillah pada hari Jumat, tanggal 2 April 2021, BWA meresmikan wakaf sarana air bersih di Desa Bojongsari, Tasikmalaya. Peresmian ini dihadiri oleh pejabat setempat, Drs Dindin; Sekretaris Dinas Kependidikan Kabupaten Tasikmalaya, Heru Ian Ashari; Kasie PMD Kecamatan Gunung Tanjung, Ubat Badruzaman; Kepala Desa Bojongsari, Iptu Mahmud Dharmana SH; Kapolsek Gunung Tanjung, Serda Iwa Kartiwa; Babinsa Bojongsari; juga tokoh masyarakat lainnya. Peresmian ini dilaksanakan dengan menjaga penuh protokol kesehatan Covid-19.
“Alhamdulillah banyak perubahan sosial di masyarakat, yang tadinya kegiatan MCK di sarana umum, saat ini sudah di rumah masing masing, pun anak anak SD lebih mudah mendapatkan air sehingga pola hidup bersih dan sehat dapat diterapkan dengan baik, semoga anak anak menjadi lebih sehat dan pintar” ungkap Bp. Aip Ibrahim, kepala sekolah SDN Munjul dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ubat Badruzaman mengatakan bahwa pihak Desa akan mengawasi jalannya operasional wakaf sarana air bersih ini. “Selain karena kemanfataan untuk umat, juga sebagai rasa tanggung jawab masyarakat kepada para wakif yang sudah berkorban untuk mewujudkan sarana ini,” ujarnya.
Sedangkan Heru Binawan, CEO BWA mengungkapkan “ Alhamdulillah berkat kemudahan yang Allah berikan kepada kita semua, akhirnya bisa terwujud Wakaf Sarana Air Bersih Desa Bojongsari. Ini merupakan wakaf sarana air bersih ke-36 yang BWA bersama-sama para wakif dan masyarakat wujudkan. Wakaf ini mengalirkan air bersih ke 120 KK, empat mushala, satu SDN, satu Madrasah Ibtidaiyah.”
Heru berharap, semoga dengan bertambahnya jumlah wakaf sarana air bersih yang diwujudkan juga menambah jam terbang dan ketrampilan tim BWA dalam mengentaskan permasalahan air bersih di Indonesia.
“BWA akan terus mensyiarkan permasalahan umat ke para wakif agar dapat diselesaikan melalui wakaf. Karena, wakaf merupakan tanggung jawab sosial umat Muslim kepada masyarakat yang membutuhkan. Untuk melihat lebih detil mengenai proyek BWA, bisa kunjungi www.bwa.id,” tutup Heru Binawan.